Kita bangga. Indonesia harus bangga.
Nusantara dikenal sebagai negara bulutangkis. Begitu pun dengan para pelatihnya yang notabene tidak sedikit yang menjadi pelatih di luar negeri.
Para pemain asing yang dilatih para pelatih dari Indonesia itu mengalami perkembangan yang menuai prestasi.
Salah satunya adalah Faizal Rahman.
Yang terakhir, Faizal Rahman yang dimaksud, kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 30 Oktober 1988 (33), sukses melatih anak asuhnya kembar bersaudara asal Peru menjadi juara di lingkup benua Amerika.
Bukan hanya sampai disitu, dua bersaudara gadis kembar yang dimaksud yaitu Fernanda dan Rafaela bahkan saling bertemu di partai puncak nomor tunggal putri U-17.
Setelah malang melintang menjadi pelatih di Asia seperti Malaysia dan India, Faizal menjadi pelatih di Peru kurun 2017-2020. Di sana dia khusus melatih para atlet junior.
Faizal menceritakan dia sampai berada di Peru  atas rekomendasi dari seorang temannya yang ada di Kanada. Temannya itu menawarkan Faizal untuk menjadi pelatih di negara Amerika Selatan itu.
Badminton pada faktanya sudah mulai digemari di benua Amerika termasuk Amerika Serikat.
Seiring dengan itu mereka membutuhkan tenaga pelatih untuk mengembangkan permainan "tradisional" orang Indonesia itu.
Kita tahu, di Olimpiade Tokyo 2020 lalu ada kejutan di nomor tunggal putra dimana Kevin Gordon asal Guatemala membuat sejarah untuk pertama kalinya pebulutangkis asal Amerika menembus babak semifinal Olimpiade.
Namun ada sosok asal Indonesia dibalik keberhasilannya itu. Pelatihnya adalah Muamar Khadafi yang berasal dari Sukoharjo, Jawa Tengah.
Faizal mulai mengenal olahraga yang sangat populer di Indonesia itu sejak usianya 8 tahun dengan bergabung  PB Wima Surabaya.
PB Wima yang dimaksud dikenal melahirkan atlet-atlet seperti Sony Dwi Kuncoro yang merebut medali perunggu tunggal putra Olimpiade Athena 2004 dan Hendrawan.
Siapa yang tak kenal Hendrawan? Pahlawan bulutangkis dari Nusantara.
Karena kemampuannya bermain tepak bulu, Faizal "pindah kasta" ke klub yang lebih legendaris yaitu PB Djarum. Faizal digembleng selama 2 tahun di klub yang sudah banyak menghasilkan para pebulutangkis elit dunia dari Indonesia itu.
Namanya memang "tenggelam" di antara para jagoan bulutangkis Indonesia lainnya.Â
Sejumlah turnamen di tanah air pernah diikutinya seperti apa yang dikisahkannya.
"Ketika di PB Djarum saya mengikuti ajang nasional remaja di Surabaya, Tegal, Bandung, dan Jakarta," katanya.
Usai gantung raket sebagai pemain, Faizal memutuskan untuk meneruskan kariernya di dunia tepak bulu dengan menjadi pelatih.
Namanya dikenal sampai ke Malaysia. Oleh karenanya dia ditawari menjadi pelatih di Michael's Badminton Academy di Selangor, Negeri Jiran.
Dia menjadi pelatih di sana dari 2007 hingga 2009.
Ternyata Faizal sebagai pelatih juga dikenal di India. Terbukti negara Kuch Kuch Hota Hai meminangnya untuk menjadi pelatih di sana.
Faizal menerima dan menangani India pada 2010-2014.
Itulah sekilas profil dan perjalanan Faizal Rahman sampai yang terakhir dia melahirkan dua kembar bersaudara asal Peru seperti yang disebutkan di atas, yang menjadi juara di benua Amerika.
Sebagai tambahan, ayah Faizal, Budi Rijanto juga sempat menjadi pelatih di di salah satu klub bulutangkis di negeri Jiran Malaysia.
Tak pelak keahliannya melatih sehingga melahirkan juara Amerika itu membuat negeri Paman Sam tertarik untuk merekrutnya untuk menjadi pelatih di Amerika Serikat.
Apakah Faizal menerima tawaran itu?
Faizal yang kini bermukim di Sidoarjo, Jawa Timur, itu sedang mengurus dokumen keimigrasian untuk membagi ilmu tapak bulu di Amerika Serikat.
Semoga berhasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H