Masih ingat ketika kecil dulu?
Sungguh indah kenangan ketika paman yang tiga hari lalu tiba di kampung halaman memberikan angpao kepada Anda.
Paman memberikan amplop yang berisi uang Rp 10.000. Paman berbagi rejeki saat mengais di kota.
Kini ketika Anda sudah besar, maka kondisi sekarang berbalik. Jika dulu menerima angpao, kini Anda sendiri yang memberikan salam tempel itu kepada anak kecil yang lucu-lucu di kampung halaman tercinta.
Pembagian salam tempel itu menjadi salah satu dari sejumlah aktivitas membahagiakan lainnya di saat Idul Fitri tiba.
Aktivitas lainnya yang membahagiakan di saat momen Lebaran itu antara lain makan ketupat, membeli serta mengenakan pakaian baru, sholat Ied, mendengarkan suara takbiran bersahutan sebagai simbol kemenangan.
Dan sebelumnya tentunya juga mudik.
Sayangnya momen yang indah itu sempat terhenti karena larangan dari pemerintah terkait kondisi Pandemi Covid-19.
Beruntung Pandemi Covid-19 kini sudah melandai dan pemerintah mengijinkan kembali masyarakat untuk mudik kendati masih tetap harus memperhatikan prokes.
Memang salam tempel yang membuat anak-anak kecil itu bersuka cita itu sering disebut juga dengan angpao.
Angpao yang berupa amplop berisi uang itu selain diberikan kepada anak-anak kecil oleh orang dewasa yang sudah bekerja juga terkadang diberikan kepada sanak saudara di kampung yang belum bekerja.
Secara etimologi, angpao ini adalah amplop berwarna merah seperti yang ada dalam tradisi orang-orang Cina, umumnya diberikan pada Tahun Baru Imlek.
Jadi dengan demikian, jelas jika angpao yang bermakna salam tempel itu dipengaruhi tradisi Cina.
Perbedaannya, jika angpao di Tahun Baru Imlek itu berwarna merah, maka angpao di Hari Raya IdulFitri itu biasanya berwarna hijau.
Hijau memang lambangnya keislaman.
Ada juga angpao yang dihiasi dengan gambar-gambar yang menarik seperti lukisan mesjid, ketupat, tulisan kaligrafi Al Qur'an, dan sebagainya.
Namun ada juga yang berwarna putih polos.
Yang penting amplop itu berisi sejumlah uang yang membuat anak-anak bergembira menerimanya.
Islam mengajarkan umatnya untuk bersedekah (sadaqoh). Jadi pemberian salam tempel itu didasarkan kepada sadaqoh.
Kapan tradisi bagi-bagi angpao ini mulai terjadi?
"Jika ditanya kapan tidak diketahui karena dari dulu ada. Barangkali terpengaruh budaya Cina," kata Sunu Wasono, Kepala Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Lebih lanjut Sunu mengatakan yang namanya pengaruh itu kan tidak disadari. Jika sudah menjadi tradisi.
"Ya kita anggap sebagai cara hidup dan kebiasaan kita," kata Sunu.
Anak-anak akan senang diberi uang baru.
Oleh karenanya tidak heran, di beberapa hari menjelang Lebaran banyak bermunculan para penjaja uang baru yang dapat dibeli oleh uang lagi.
Para penjaja itu mendapatkan keuntungan dari kelebihan yang dibayarkan. Sedangkan si pembeli mendapatkan uang baru, mulai dari pecahan Rp 5.000 Rp 10.000 Rp 20.000 Rp 50.000 atau Rp 100.000.
Pemberian uang baru itu merupakan simbol dan semangat berbagi dari mereka yang berlebih setelah mendapatkan penghasilan di kota hasil kerja.
Itu adalah bentuk solidaritas dari mereka yang berbahagia untuk membagikan kebahagiaan itu di hari yang istimewa.
Pemberian uang baru itu dimaksudkan agar anak-anak merasa senang dan disukai, karena sesuatu yang baru menarik kendati nominalnya kecil.
Namun uang baru juga sebagai simbol baru, berlebaran, setelah memenangkan puasa di bulan Ramadhan.
"Ini kan kita fitri lagi, baru lagi, semangat berbagi sehingga semua sama-sama bahagia" kata Sunu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H