Memang "mengena" asal usul kata Mudik ini.Â
Semakin mendekati hari raya, apalagi Hari Raya IdulFitri, maka istilah mudik mulai muncul bertebaran.
Mudik artinya pulang kampung setalah sekian lama tinggal di kota untuk bekerja di sektor apa saja.
Mudik berasal dari kata "udik" dalam bahasa Sunda dan bahasa Betawi.
Udik dalam bahasa Sunda dan bahasa Betawi itu artinya kampung.
Jadi mudik adalah pulang ke kampung halaman tercinta.
Sedangkan dalam bahasa Jawa mudik itu berasal dari kata "mulih disik". Mulih artinya pulang, sedangkan disik artinya dulu.
Jadi mudik adalah pulang dulu.
Sedangkan di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mudik itu adalah "pulang ke kampung halaman" atau "ke udik".
Tujuan utama mereka pulang ke kampung halaman di masa-masa cuti Lebaran itu adalah untuk bersilaturahmi dengan orangtua, ayah, ibu, atau kakek dan nenek.
Itu yang utama, sedangkan tujuan lainnya bersilaturahmi dengan orang-orang di kampung halaman seperti sanak saudara, kerabat, atau kenalan lainnya di kampung halaman.
Homesick atau rindu kampung halaman ini memang paling banyak terjadi biasanya menjelang hari-hari raya keagamaan. Lebaran atau Natal.
Setelah dua edisi dilarang, maka mudik kali ini memiliki arti tersendiri, di mana rindu tentunya semakin membuncah setelah dua tahun sempat tertahan akibat kondisi Pandemi Covid-19.
Sejak kapankah tradisi mudik di Hari Raya itu mulai muncul di Indonesia?
Dilansir dari berbagai sumber, pulang ke kampung halaman ini sudah mulai muncul sejak jaman Majapahit dan Islam Mataram.
Seperti diketahui, Majapahit adalah kerajaan yang legendaris karena kebesaran dan kejayaannya.Â
Kekuasaannya bukan saja melingkupi seluruh Nusantara, tetapi juga sampai ke wilayah Asia Selatan, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, bahkan sampai ke Madagaskar di Pantai Timur Afrika.
Oleh karenanya Raja Majapahit pada waktu itu menempatkan para Duta Besar nya di wilayah-wilayah kekuasaannya itu.
Suatu waktu para Duta Besar itu pulang kampung untuk menghadap raja Majapahit di Trowulan.
Hal yang serupa terjadi di masa Islam Mataram.Â
Mataram yang juga mempunyai sejumlah wilayah bawahan juga menempatkan Duta Besar nya di wilayah-wilayah tersebut.
Dan para Duta Besar itu pulang ke pusat Mataram setiap Hari Raya IdulFitri setiap tahunnya.
Kedua kondisi tersebut itulah yang menjadi awal mula terjadinya tradisi pulang kampung di Indonesia pada Hari Raya.
Istilah mudik sendiri mulai menjadi tren sejak tahun 1970-an dan cikal bakal dimanfaatkan oleh para perantau di kota atau luar negeri untuk balik ke kampung halaman tercinta dimana dulu mereka lahir dan dibesarkan di udik.
Tempat bermain pada waktu kecil dulu dan bercengkrama dengan ayah, ibu, atau teman-teman sekampung. Terutamanya mereka akan sungkeman ke ayah dan ibu di udik.
Takbiran, sholat Ied, dan acara Lebaran lainnya di kampung halaman tercinta terasa lebih khusus dan sangat berkesan.
Di kampung mereka juga makan ketupat. Sajian yang selalu hadir di Hari Raya IdulFitri.
Kata ketupat ini berasal dari bahasa Jawa "ngaku lepat" yang artinya mengaku bersalah. Dengan demikian mereka suci lagi, lahir lagi seperti seorang bayi karena mereka sudah saling bermaafan.
Adanya juga yang mengatakan ketupat itu berasal dari kata "laku papat" atau empat kelakuan. Yang juga berasal dari bahasa Jawa.
Keempat kelakuan itu adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Jawa Tengah memang diprediksi menjadi daerah yang paling banyak dikunjungi para pemudik di tahun ini. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI