Dalam bukunya "Timun Suri dan Blewah" Drs. H. Hendro Sunarjono dan Rita Ramayulis DCN menyebutkan bahwa timun suri dan blewah memang selalu menjamur saat bulan Ramadhan tiba.
"Mengonsumsi timun suri dan blewah di bulan Ramadhan nampaknya sudah menjadi tradisi" sebut kedua penulis itu di bukunya.
Tak heran mereka yang terlibat dalam penjualan timun suri ini, dari petani hingga pedagang, meraup cuan yang banyak di bulan Ramadhan ini.
Salah satunya seperti yang diberitakan oleh detik.com.
Sejumlah petani di Desa Silirejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, dilaporkan setiap tahunnya mereka merubah penanaman tanamannya dua atau tiga bulan menjelang Ramadhan dari palawija ke timun suri.
"Biasanya dua atau tiga bulan sebelum Ramadhan setiap tahunnya para petani di desa ini merubah tanamannya dari palawija ke timun suri," kata salah seorang petani di Desa Silirejo, Tasreb (50), Senin (11/4/2022).
Tasreb sendiri mengakui setiap harinya kini dia dapat memetik 70 hingga 100 buah timun suri. Mereka menjualnya kepada para pedagang yang berdatangan ke lahan mereka dengan rata-rata harganya Rp 10.000 per buahnya.
Petani lainnya Ahmad Kholiq (35) mengatakan dia pun "banting setir" mengubah lahan palawija nya seluas 500 meter persegi ke timun suri.
"Sekali petik bisa 50 sampai 100 buah," katanya.
Selain cuan, para petani di Desa Silirejo itu juga tak perlu repot-repot dengan"ilmu marketing" memasarkan produknya dengan susah payah karena para pedagang malahan berdatangan sendiri ke lahan mereka untuk membeli dan diperdagangkan lagi di "kota".
Jadi petani dan pedagang sama-sama meraup cuan yang banyak setiap kali di bulan Ramadhan.