Teknologi telah meloncat sedemikian pesatnya. Kini dunia telah memasuki era industri 4.0.
Bahkan komputer dan internet yang pada awal munculnya membuat tercengang dengan kemampuannya, penemuan itu termasuk kedalam revolusi industri 3.0.
Revolusi industri 4.0 ini ditandai dengan adanya kendaraan yang dapat berjalan sendiri kendati pun tidak ada pengemudinya. Dan robot pengganti manusia.
Mulai ditemukannya robot-robot sebagai pengganti tenaga manusia dan kecerdasan buatan lainnya yang merambah ke berbagai sendi kehidupan. Baik di bidang permesinan, kesehatan, olahraga, dan sebagainya.
Setelah menemukan VAR (Video Assistant Referees)Â di olahraga sepakbola. Penemuan terbaru lainnya adalah akan mulai diterapkannya robot wasit.
Wasit robot menurut rencana akan mulai diterapkan di semifinal Piala Dunia Antar Klub 2022 yang saat ini sedang bergulir di Ini Emirat Arab.
Dan tim pertama yang beruntung pertama kali menikmatinya adalah klub Premier League Chelsea.
Chelsea yang juara Liga Champions Eropa dan Palmeiras yang juara Copa Libertadores adalah dua negara unggulan dan karenanya mendapatkan kehormatan langsung mulai turun di semifinal menanti lawan-lawannya di babak pendahuluan.
Chelsea akan turun di Abu Dhabi pada Rabu (9/2/2022).
Klub yang berjuluk The Blues itu akan menghadapi pemenang antara  Al Hilal versus Al Jazeera.
Al Jazeera (tuan rumah) baru saja menang atas AS Pirae dengan skor 4-1 pada laga pembuka Piala Dunia Antar Klub 2022, Kamis (3/2/2022).
AS Pirae adalah wakil Oseania sesudah Auckland City mengundurkan diri lantaran aturan ketat terkait Pandemi Covid-19 di New Zealand.
Wasit robot ini bukanlah wasit utama (yang berlari-lari di lapangan memimpin laga), tapi wasit hakim garis.
Hakim garis ini nantinya akan mengirimkan sinyal jika ada pemain yang offside, jelas terlihat dari anggota tubuhnya.
Robot itu terhubung dengan kamera-kamera dan peralatan lainnya di stadion yang memungkinkan penemuan canggih ini terhubung ke VAR.
Nantinya VAR akan memberikan wasit utama apakah si pemain offside atau tidak.
Jika di revolusi industri pertama (1.0) masih menggunakan tenaga hewan dalam segala aktivitas. Dilanjutkan ke revolusi industri 2.0 yang mulai menggunakan tenaga uap.
Smartphone, internet, komputer berada di revolusi industri 3.0.
Kini tenaga manusia sudah mulai semakin tergantikan dengan kecerdasan buatan. Salah satunya dalam olahraga sepakbola seperti yang sudah disebutkan di atas.
Johannes Holzmuller, Direktur Teknologi dan Inovasi Sepakbola, optimis bahwa teknologi itu akan terus dipakai di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H