Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Adriano do Nascimento, Alumnus Undana Kupang Calonkan Diri di Pilpres Timor-Leste 2022

26 Januari 2022   11:07 Diperbarui: 26 Januari 2022   11:10 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Kami dari Partai Demokrat mengajukan Adriano do Nascimento sebagai calon," kata Antonio da Conceicao, sekretaris umum Partai Demokrat (Partido Democratico).

Lebih jauh Conceicao menjelaskan pengajuan Adriano sebagai calon presiden Timor-Leste itu berdasarkan rembug rapat pimpinan-pimpinan tertinggi Partai Demokrat yang digelar pada 6-7 Januari 2022.

Pemilihan presiden Republik Demokratik Timor-Leste kurun 2022-2027 itu sendiri akan digelar pada 19 Maret 2022 mendatang. Sampai saat ini, baru ada dua calon yang sudah mendaftarkan diri. Selain Adriano, juga Jose Ramos Horta dari Partai CNRT.

Komisi Pemilihan Umum Timor-Leste membuka pendaftaran calon presiden Timor-Leste itu selama 20 hari mulai tanggal 15 Januari sampai 4 Pebruari 2022 mendatang.

"Baru ada dua calon yang daftar," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum Timor-Leste, Acilino Manuel Branco.

Adriano do Nascimento yang dilahirkan di Holbelis, Cova Lima, Timor Timur, 12 Januari 1970 (52) adalah seorang menteri di masa pemerintahan Perdana Menteri Mari Alkatiri.

Masa jabatannya sebagai pembantu presiden itu adalah 3 Oktober 2017 hingga 22 Juni 2018. Setelahnya dia masuk lagi di Parlemen Nasional. Profesi yang disandangnya sebelum menjadi menteri.

Selain sebagai seorang politikus, Adriano juga dikenal berprofesi sebagai guru dan dosen.

Adriano juga dikenal fasih berbahasa Indonesia. Oleh karenanya tidak heran jika dia pernah menempuh pendidikan tingginya di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang di FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan).

Selama kuliahnya, Adriano juga aktif di PMKRI St. Fransiskus Xaverius Cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Selain Undana, dia juga sempat mencicipi bangku perguruan tinggi lainnya yaitu Universitas Notre Dame Belanda dan Eastern Mennonite University.

Sebagai yang pernah menjadi bagian dari NKRI, tentu setidaknya Timor-Leste mewarisi negara yang pernah menjadi kolonisasi nya.

Di antaranya dalam soal bahasa. Selain bahasa Tetum (bahasa lokal setempat), penduduk Timor-Leste juga menggunakan bahasa Portugis dan Bahasa Indonesia di kesehariannya.

Dan Adriano menjadi salah seorang pewaris "tuannya" yakni fasih berbahasa Indonesia.

Beberapa waktu lalu sempat beredar rumor bahwa ada keinginan rakyat Timor-Leste untuk kembali ke pangkuan Indonesia, menjadi NKRI lagi.

Konon mereka menyesal mengapa dulu begitu ngotot ingin berdiri sendiri bebas dari belenggu Indonesia. Namun kini mereka menjadi salah satu negara miskin di dunia.

Tentang hal tersebut, Adriano mengatakan tidak mungkin negaranya akan kembali menjadi bagian dari Indonesia. Saat ini negaranya harus berjuang mengisi nikmat kemerdekaan.

Adriano menjadi salah satu warga Timor-Leste yang memelihara Bahasa Indonesia. Dengan salah satu tujuan untuk itu, suatu waktu kelak dapat kuliah di Indonesia.

Sedangkan Jose Ramos Horta (72) adalah mantan presiden Timor-Leste. Lelaki blasteran Timor dan Portugis itu menjadi presiden kedua Republik Demokratik Timor-Leste kedua sejak merdeka dari Indonesia (20 Mei 2007-19 Mei 2012).

Dia berasal dari Partai Concelo Nacionale de Timor Leste (CNRT). 

Horta mengkonfirmasi pencalonan dirinya pada Minggu (23/1/2022).

"Saya dipercaya partai saya CNRT dan rakyat Timor-Leste jadi kandidat presiden," katanya.

Nama Jose Ramos Horta semakin naik daun ketika tahun 1996 dia dan uskup Carlos Filipe Ximines Belo menenangkan Nobel Perdamaian lantaran pria kelahiran Dili, Timor Timur, 26 Desember 1949 itu merupakan salah satu tokoh penting bagi kemerdekaan Timor-Leste dari kolonialisme Indonesia.

Pemilu digelar di tengah ketegangan politik dan bayangan kebangkrutan dimana negara bayi itu terlalu mengandalkan sumber daya minyak.

Kendati mayoritas penduduk Timor-Leste tinggal di pedesaan yang notabene bersumber pada pertanian dan manufaktur, namun pemerintah mengabaikan sektor tersebut, kecuali kopi.

Siapa yang terpilih nantinya, menarik untuk dinantikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun