Ketua PT LIB (Liga Indonesia Baru) Akhmad Hadian Lukita mengatakan untuk satu paket VAR itu 6 juta USD atau setara Rp 84 miliar. Paket itu terdiri dari alat-alatnya, program latihan wasit dan berbagai pihak yang mengoperasikan.
"Untuk tahap awal kami akan membeli satu paket VAR. Penggunaan nya bisa pindah-pindah ke stadion lain," kata Lukita.
Lukita mengatakan Indonesia mempunyai wacana untuk menggunakan teknologi itu musim depan di Liga 1.
Thailand menjadi yang pertama di Asia Tenggara yang menggunakan teknologi itu salah satunya dikarenakan pada akhir Nopember 2017 mereka digemparkan oleh skandal match fixing (pengaturan skor).
Selain itu seperti yang dikemukakan oleh Presiden PSSI nya Thailand, Thairath, yang menginginkan agar wasit terbantu kinerjanya. Juga untuk memperbaiki standar kompetisi.
Sedangkan yang kedua adalah Vietnam. Vietnam baru menggunakan teknologi canggih itu sejak 2 tahun yang lalu. Namun penggunaannya hanya untuk laga-laga tertentu.
"Kami menggunakannya di stadion-stadion tertentu," kata Tran Anh Tu, Presiden Persatuan Sepakbola Vietnam VFF.
Kendati Malaysia belum "gol" dalam menggunakan VAR, namun gaungnya sudah bergema berencana menggunakan VAR di Liga Super Malaysia.
Masih bergaung lantaran mereka masih mempertimbangkan biayanya yang cukup besar.
Selain itu wasit di negeri Jiran itu belum sepenuhnya memiliki lisensi FIFA. Dan dari 12 stadion peserta laga kasta tertinggi Malaysia belum semuanya representatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H