Setelah Sumpah Pemuda yang mana salah satu butirnya adalah ikrar berbahasa satu Bahasa Indonesia, penggunaan kata "kereta" untuk merujuk sepeda motor itu semakin lama semakin pudar dan menghilang.
Orang Indonesia menyebutkan kendaraan roda dua itu dengan motor atau sepeda motor atau mobil untuk kendaraan roda empat.
"Diluar bahasa baku, hal tersebut menunjukkan bahasa pergaulan di Sumatera Utara berkembang. Bahasa Melayu menjadi bahasa pergaulan sehari-hari terutama di Medan, jadi wajarlah menjadi varian bahasa Medan," Â kata Maryanto.
Kata kereta sendiri sejatinya merupakan bahasa serapan dari bahasa Portugis. Banyak kata-kata lainnya yang berasal dari bahasa Portugis dan bahasa asing lainnya.
Seperti beranda (varanda), kartu (cartao), meja (mesa), kamar (camara), gereja (igreja), Â minggu (domingo), dan sebagainya.
Sedangkan kereta sendiri dalam bahasa Portugis adalah carreta.
Dalam sejarahnya, bangsa Portugis merebut Selat Malaka pada tahun 1511. Pada saat itu bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan.
Seiring dengan banyak orang asing yang melawat ke wilayah Melayu maka terjadilah banyak kata serapan yang mempengaruhi Bahasa Indonesia seperti sekarang ini.
Dalam bukunya yang berjudul "Bahasa Melayu Tata Bahasa Selayang Pandang", C. Spat menyebutkan bahwa bahasa Melayu adalah bahasa yang dituturkan oleh penduduk yang bermukim di Riau, pesisir timur Sumatera, semenanjung Malaka, dan pesisir barat Kalimantan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H