Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Masuknya Islam di Jawa Barat, Siapakah Tokoh Sunda Pertama yang Naik Haji?

19 Oktober 2021   11:28 Diperbarui: 19 Oktober 2021   11:30 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satunya adalah Bratalegawa. Bratalegawa yang dimaksud adalah seorang bangsawan sekaligus seorang saudagar yang kaya raya pada waktu itu.

Karena dia tidak lain dan tidak bukan adalah salah satu dari anak Bunisora, Raja Galuh.

Dalam sejarah, Bratalegawa yang dimaksud di atas lantas dikenal sebagai tokoh Sunda pertama yang memeluk agama Islam. 

Karena sering melakukan hubungan dagang dengan orang-orang dari Timur Tengah, baik di dalam negeri maupun saat melakukan perjalanan ke luar negeri, lama-lama Bratalegawa mulai tertarik dengan agama Islam yang dianut oleh orang-orang Arab itu.

Bratalegawa lalu memeluk agama Islam karena memang diislamkan oleh rekan-rekan bisnisnya, juga setelah dia menikah dengan seorang perempuan asal Gujarat.

Bratalegawa menikah dalam kesempatan kunjungannya ke luar negeri (Gujarat). Dari pernikahannya itu Bratalegawa dikaruniai seorang anak laki-laki.

Setelah mualaf, Bratalegawa lalu naik haji. Inilah tonggak sejarah, dimana Bratalegawa menjadi tokoh Sunda pertama yang naik haji. Tak pelak karenanya, Bratalegawa dijuluki sebagai Haji Purwa. Purwa (dalam bahasa Sunda) artinya pertama.

Bratalegawa juga mempunyai nama baru Haji Baharudin Al-Jawi. 

Ketika kembali ke Kawali (ibukota Galuh), Bratalegawa berusaha membujuk Ratu Banawati dan adiknya untuk masuk agama Islam.

Setelah itu Bratalegawa juga membujuk para petinggi istana supaya mualaf. Namun semua upayanya itu sia-sia, dia ditolak mentah-mentah.

Tidak patah hati, Bratalegawa lantas mengunjungi Cirebon. Kakeknya yang berkuasa di Caruban Girang itu juga menolak mentah-mentah ajaran Islam yang diberikan cucunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun