Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pro dan Kontra Panjat Pinang, Warisan Belanda yang Masih Ada Hingga Sekarang

8 Oktober 2021   11:06 Diperbarui: 8 Oktober 2021   11:12 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meneer-meneer dan mevrouw-mevrouw orang Belanda hanya melihat perlombaan itu sebagai hiburan dan mereka hanya tertawa-tawa saja menyaksikan keseruan lomba yang para pesertanya orang-orang pribumi itu.

Selain untuk memperingati HUT Ratu Wilhelmina, kadang Klimmast juga digelar untuk acara-acara tertentu seperti promosi jabatan, pernikahan, hajatan, atau pesta ulang tahun.

Lomba panjat pinang ini sempat menimbulkan pro dan kontra. Mereka yang kontra berpandangan lomba itu hanya mengungkit kenangan buruk masa penjajahan saja dimana bangsa Indonesia ditertawakan oleh bangsa lain.

Oleh karena itu, lomba panjat pinang dilarang digelar di beberapa wilayah tertentu di Indonesia, seperti Aceh.

"Simbol penindasan. Orang Eropa tertawa melihat pribumi saling injak. Orang Eropa tidak main itu. Mereka tertawa jika ada yang melorot. Bahkan ada yang meninggal," kata Asep.

Asep menambahkan kendati demikian apakah dengan lomba itu kita makin mengenal sejarah. Kita makin kenal pahlawan?

Mereka yang pro berpandangan lomba itu mengajarkan semangat, kerjasama, dan pantang menyerah dalam meraih sesuatu. Lomba ini juga untuk meneladani perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.

Dalam bukunya yang berjudul "Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal", Fandy Hutari menyebutkan lomba itu memilki filosofi tersendiri tentang perjuangan mencapai kemerdekaan.

Dan nafas kemerdekaan yang diraih itu dibagi rata kepada seluruh rakyat Indonesia. Untuk meraih nikmat kemerdekaan itu harus tidak mementingkan ego pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun