Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Brompton, Sepeda Lipat "Sultan" yang Kini Harganya Terjun Bebas

17 September 2021   11:06 Diperbarui: 19 September 2021   11:15 1833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Sepeda Brompton (SHUTTERSTOCK.COM via kompas.com) 


Jika memang Anda ngebet sekali ingin sepeda lipat Brompton maka tidak salah Anda membelinya pada saat ini.

Jika dulu ketika sedang booming, harga satu unit sepeda lipat bergengsi itu bisa mencapai Rp 60 juta, kini harga itu sudah hancur lebur.

"Terakhir saya cek harga distributor Rp 36 juta. Saya cek lagi di beberapa penjual harga Brompton dengan tipe yang sama ada yang Rp 34 juta. Itupun sudah ditambah bonus tas atau helm," kata Eko Wibowo Utomo, Ketua Apsindo (Asosiasi Pengusaha Sepeda Seluruh Indonesia), Kamis (16/9/2021).

Eko mencontohkan harga Brompton dari tipe tertentu. Berdasarkan keterangan beberapa sumber harga Brompton ini memang harganya berkisar tak jauh-jauh dari harga yang disebutkan oleh Eko di atas.

Sebagai contoh Brompton tipe M6L jika pada tahun lalu harganya Rp 42 juta, harga itu sudah turun di awal tahun ini menjadi Rp 36 juta. Nah, sekarang jika Anda cek harga itu sekarang sudah Rp 34 juta di Tokopedia.

Seorang pemilik toko sepeda di BSD mengatakan harga sepeda sekarang ini berbanding terbalik dengan kondisi tahun lalu saat booming. Jika pada tahun lalu sedang booming harganya naik jutaan rupiah, sekarang justru turun terus jutaan rupiah.

"Kira-kira turun 10 persen," kata Sonny, sang pedagang.

Sonny pun mengerti apa yang disebut dengan hukum ekonomi. Jika Anda seorang mahasiswa di bidang yang terkait dengan ekonomi, tentu Anda sering membaca atau diajarkan oleh dosen Anda tentang hukum ekonomi ini.

Bahwa persediaan barang banyak, dan permintaan sedikit maka harga akan turun. Sedangkan sebaliknya, jika barang sedikit dan permintaan banyak maka harga akan naik.

Jadi tepat dengan kondisi saat ini dimana permintaan Brompton sedikit. Jadinya harganya terjun bebas.

"Sesuai hukum ekonomi. Barang tidak ada, permintaan banyak, ya harga naik. Jika barang banyak, permintaan turun. Ya, harga turun," kata Sonny.

Bagi Anda yang memang ingin sekali memiliki Brompton, maka Anda harus pandai-pandai mencuri kesempatan ini. Membelinya pada saat harga sedang terjun bebas.

Kondisi apa lagi yang akan menyebabkan harga akan kembali naik? 

Dulu Brompton naik karena banyaknya permintaan. Seperti diketahui, pada awal tahun lalu, Indonesia dan dunia sedang dilanda wabah yang tidak diduga-duga sebelumnya yaitu Covid-19.

Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencegah klasterisasi penularan baru antara lain dengan melakukan sejumlah penutupan wilayah, himbauan untuk melakukan kegiatan di rumah saja, dan sebagainya.

Beberapa waktu kemudian, pemerintah mulai melonggarkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) itu dan memulai proses new normal.

Nah di saat seperti itulah, orang banyak mengincar sepeda lipat termasuk Brompton untuk memulai kehidupan baru sembari berolahraga.

Kondisi seperti inilah banyaknya permintaan sepeda lipat (Brompton), maka sepeda lipat menjadi booming. Yang menyebabkan harga naik meroket.

Tren penurunan sepeda lipat Brompton ini menurut CNBC mulai terjadi sejak pertengahan tahun ini. Dan saat ini harga sepeda buatan Inggris itu konon sudah mencapai titik yang terendah dari sebelumnya.

Eko juga menjelaskan tiap tahun biasanya ada barang baru sesuai production plan. Jika barang lama masih banyak karena tidak terjual. Maka barang lama itu harus segera dikurangi harganya sebagai upaya agar tidak over stock.

"Ya barang lama harus dikurangi harganya agar barang baru bisa masuk lagi," katanya.

Harga terendah saat ini seperti yang diakui oleh sejumlah pedagang itu dipengaruhi oleh rantai distribusi.

Distributor punya target marjin keuntungan tertentu dan jika pada harga barang tertentu sudah sulit untuk laku, maka pedagang terpaksa menurunkan harga.

Brompton digadang-gadang sebagai sepeda lipat bergengsi. Biasanya hanya orang-orang berduit saja, para pejabat, atau artis yang memiliki sepeda lipat buatan Inggris itu.

Tahun lalu ramai diberitakan tentang adanya barang-barang berharga termasuk sepeda lipat Brompton yang diselundupkan di pesawat Garuda. Hal tersebut berakibat mereka yang terkait penyelundupan itu mendapatkan sanksi dicopot jabatannya sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia.

Ketika para pejabat menggunakan Brompton, patut diteladani apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Jokowi tidak membeli Brompton buatan Inggris, tetapi membeli Kreuz, sepeda buatan Bandung yang konon mirip Brompton.

Bahkan sempat disebut-sebut sebagai "Brompton Made in Bandung".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun