Menurut Dr. Reni, MPASI awalnya diberikan dalam bentuk lumat atau semi-padat. Sekitar usia 8 bulan, dapat diberikan finger-food. Lalu, setelah usia 1 tahun, anak dapat diberikan makanan keluarga, yang sama dengan anggota keluarga lain.
Jadwal pemberian dapat mengikuti pola makan keluarga masing-masing. Saat awal perkenalan makanan, dalam sehari bayi membutuhkan 2-3 kali makan, 1 kali makanan selingan, dan 2-3 kali ASI (atau lebih banyak pada bayi yang lebih muda).
Sementara itu, Dr. Elvina memaparkan, frekuensi MPASI makanan utama atau makan besar diberikan secara bertahap. Pada umur 6-8 bulan 29 hari, makanan utama diberikan 3 kali. Berikan camilan seperti biskuit atau buah matang, 1-2 kali sehari.
Pada umur 9-11 bulan 29 hari, makanan utama diberikan 3-4 kali sehari, sedangkan camilan 1-2 kali sehari. Sementara pada umur 12-24 bulan, frekuensi MPASI makanan utama diberikan 3-4 kali sehari, dan juga 1-2 kali camilan tambahan.
Dr. Reni menegaskan, tidak ada makanan yang sebaiknya dihindari, selama bayi tidak menunjukkan tanda-tanda alergi atau intoleransi.
Bagaimana dengan kesalahan yang lazim dalam memberikan MPASI?
Pertama-tama adalah jumlah yang diberikan tidak sesuai umur, serta jenis yang diberikan tidak tepat dan komposisi zat gizi tidak memenuhi kebutuhan si anak. Kadang, ada anak menolak MPASI, dan ibu mengikuti kemauan anak, sehingga sebenarnya kebutuhannya kurang.
"Atau sebaliknya, anak meminta lebih dari kebutuhannya sehingga ia jadi gemuk atau overweight. Selain itu, komposisi MPASI yang diberikan tidak memenuhi gizi seimbang," papar Dr. Elvina.
Dr. Reni menambahkan bahwa kesalahan yang umum dilakukan orangtua dalam memberikan MPASI adalah tidak menyediakan kebutuhan nutrisi yang seimbang, misalnya hampir selalu memberikan bubur nasi dengan sop sayur dan ceker ayam. Padahal, makanan tersebut tidak mengandung protein cukup sehingga berisiko mengganggu tumbuh kembang anak.
"Daging ayam atau sapi juga harus diberikan, bukan hanya ceker ayam sebagai bahan pembuat kaldu. Atau, ada orangtua yang hanya memberi bayi puree umbi-umbian, sayur, dan buah hingga usia 9 bulan. Pola seperti ini tidak dapat mencukupi kebutuhan energi dan protein bayi," tegas Dr. Reni.
Selain itu, kesalahan juga dapat terjadi saat orangtua tidak memperhatikan rasa lapar dan kenyang bayi.