Sebuah konflik tidak bisa diminimalisasi begitu saja.
Oleh karena itu, apapun konfliknya, hubungan suami-istri haruslah kuat. Kalau sudah kuat, maka sehebat apapun konfliknya akan bisa diselesaikan dengan baik, bahkan memberikan hikmah dan pelajaran bagi keduanya.
Nah, untuk menguatkan hubungan, suami-istri perlu menyegarkan kembali cinta mereka. Misalnya, melalui momentum ulang tahun perkawinan. Jika ponsel butuh recharge, apalagi hubungan suami-istri.
Kita juga peka dan memahami apa yang tidak disukai pasangan. Misalnya, kita memiliki sikap boros. Mungkin, awalnya ini masih dibiarkan. Namun, lama kelamaan pasangan tentu jengah dan marah. Ini bentuk reaksi ketidaksetujuan yang harus dicermati.
Bisa jadi, masalah yang muncul lebih dari satu. Kalau sudah begini, tentukanlah mana yang harus diselesaikan lebih dulu. Munculkan beragam opsi alternatif yang lain bersama pasangan. Di tahapan ini, sebaiknya jangan dicampuri dulu dengan orang ketiga.
"Orangtua atau mertua baru boleh terlibat kalau diminta. Jika tidak, biarkan mereka menyelesaikan sendiri, karena mereka harus bertumbuh menjadi individu yang dewasa, yang mampu menyelesaikan masalah tanpa intervensi siapapun," tegas Esther.
Konflik yang mendewasakan adalah konflik yang solutif, dan bukan konflik yang "digantung" dan masing-masing pihak menyimpan perasaan luka. Akibatnya, ketika muncul konflik serupa atau pemicu lain, pasangan bisa "meledak" karena ternyata tumpukan emosinya belum selesai.
Agar konflik menjadi solutif, biasakanlah untuk berbicara dengan pasangan - apa masalah sebenarnya. Ingat, bukan untuk saling menyalahkan. Perdebatan adalah hal yang wajar, namun tetap harus saling memahami. Diskusi harus selalu dua arah.
Intinya, jika ada kesempatan untuk merumuskan apa masalah yang menjadi sumber konflik rumah tangga, selesaikanlah segera.
Ini Penyebab Keretakan Rumah Tangga
° Kurangnya kebersamaan, karena suami dan istri memiliki kesibukan kerja dan urusan masing-masing, sehingga jarang bisa meluangkan waktu bersama.