Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bahaya di Balik Bahasa Bayi

4 Agustus 2017   09:05 Diperbarui: 5 Agustus 2017   15:07 2971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mamam. Nyum cucu, yuk. Adik atit, ya? Bukankah terdengar jenaka kala orang dewasa mengajak bicara si mungil dengan gaya seperti ini? Eits, nanti dulu. Dibalik kelucuan tersebut ada potensi buruk bagi tumbuh kembang si kecil.

Siapa yang tak gemas saat melihat bayi mungil? Saking gemasnya, orang dewasa suka mengubah cara bicara mereka menjadi cadel atau kekanak-kanakan saat mencoba berkomunikasi dengan si mungil.

Kebiasaan bicara ala bayi oleh orang dewasa ini dikenal dengan istilah baby talk. Aslinya baby talk adalah bahasa yang digunakan bayi untuk berbicara atau berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.

Baby talk ini bentuknya mulai dari kontak mata, tersenyum, tertawa, beragam bunyi vokal atau cooing, hingga bentuk bahasa pertama yang digunakan oleh seorang anak sebagai respons kepada orang dewasa yang mengajaknya berbicara atau berinteraksi.

Ini adalah cara si bayi belajar berkomunikasi. Nah, yang jadi masalah adalah saat gaya komunikasi bayi ditiru oleh orang dewasa dan dilakukan hampir setiap saat mereka berinteraksi dengan sang bayi. Para psikolog mengingatkan dampak negatifnya terhadap perkembangan anak.

Jadi, bentuk baby talk seperti apa yang tepat bagi tumbuh kembang bayi? "Sejatinya, baby talk dalam arti sesungguhnya perlu dilakukan oleh orang dewasa secara rutin untuk merangsang proses bicara pada bayi," ungkap Gloria Martha Uli Siagian, M.Psi, Psi., CGA, Head of ECY/EL Guidance Counselor Binus School Serpong.

Menurut psikolog yang akrab disapa Anggi ini, penggunaan baby talk biasa dilakukan karena orangtua merasa bayi mereka belum terlalu memahami bahasa orang dewasa yang digunakan. Tujuannya adalah mempermudah anak memahami kata-kata orang dewasa.

Umumnya, baby talk dilakukan dengan cara memotong kata atau menghilangkan huruf-huruf tertentu yang biasanya masih sulit untuk diucapkan oleh seorang anak. Misalnya, "makan" menjadi "mamam".

Secara senada, Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog, dari TigaGenerasi, menyebut baby talk sebagai cara berkomunikasi orangtua atau orang dewasa kepada bayi dengan menggunakan bahasa seperti anak-anak yang belum lancar berbicara.

Contohnya, pada anak yang belum bisa mengucapkan "minum susu", maka orangtua melafalkan kata-kata tersebut sebagai "nyum cucu" sebagai upaya orangtua mengikuti cara bicara anak.

"Biasanya, karena melihat hal ini dilakukan secara turun temurun oleh orang-orang di sekitar, maka para orangtua menganggap penggunaan baby talk sebagai hal yang lumrah, atau bahkan lucu," ujar Anastasia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun