Di musim penggalian tahun 2013, para arkeolog memutuskan untuk menggali beberapa area perintisan di area sekitar dinding dan tidak menemukan apapun. Di penghujung hari terakhir penggalian, dengan sisa waktu 30 menit, seorang operator alat-berat-pengganti mengumumkan bahwa ia akan pulang, Adam Aja, asisten kurator di Harvard's Semitic Museum dan asisten direktur penggalian, menemukan dirinya memandangi area galian sedalam tiga meter yang kosong. Frustasi, ia bersikukuh bahwa penggalian harus dilakukan sampai mereka mencapai alas bebatuan yang keras.
Mereka malah menemukan apa yang tampak seperti fragmen tulang. Aja turun ke dalam lubang dengan menaiki 'ember' alat berat untuk memeriksa, dan memungut sebuah gigi manusia. "Ketika aku melihat gigi ini, aku tahu bahwa itulah saat ketika semuanya akan berubah bagi kami disini," kenangnya.
Penggalian ini mengungkapkan suatu praktik pemakaman yang sangat berbeda dari kaum Canaan sebelumnya atau kaum Judea tetangganya. Alih-alih membaringkan jenazah di suatu ruangan, lalu setahun kemudian mengumpulkan tulang-tulangnya dan memindahkannya ke tempat lain, jenazah di Ashkelon dimakamkan secara perorangan didalam lubang atau secara kolektif didalam makam dan tidak pernah dipindahkan lagi. Juga ditemukan beberapa pemakaman kremasi.
Tidak seperti orang Mesir, kaum Philistine hanya menempatkan beberapa benda bersama jenazah. Beberapa jenazah dihias dengan perhiasan, sementara yang lain dimakamkan bersama seperangkat keramik kecil atau wadah kecil yang mungkin dulunya berisi parfum.
Saat ini, sebuah tim periset internasional sedang melakukan riset DNA, analisis isotopik, dan kajian biologis untuk menentukan asal mula populasi makam Ashkelon, juga relasinya dengan kelompok-kelompok lain di area itu. Karena sebagian besar usia makam paling sedikit dua abad setelah kedatangan awal kaum Philistine - yang mungkin telah melibatkan beberapa generasi pertukaran budaya dan pernikahan silang - maka pemahaman asal mula mereka mungkin akan rumit.
Meski beberapa kota Philistine dihancurkan di akhir abad ke-9 sampai ke-8 Sebelum Masehi, Ashkelon berkembang pesat sampai kehancurannya di tangan Raja Babilonia Nebukadnesar di tahun 604 Sebelum Masehi. Pada akhirnya, kota ini dihuni kembali oleh orang Phoenicia, dilanjutkan dengan orang Yunani, Roma, Bisantin, dan kaum Crusader, dan akhirnya dihapus total oleh Mamluks, para penguasa Islam Mesir, di tahun 1270 Masehi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H