"Pengobatan hepatitis di negara kita saat ini terdiri dari vaksinasi, pemeriksaan HBV, biopsi hati, monitoring pasien, pencegahan umum dan khusus, hingga konseling dan terapi," papar Dr. Irsan.
Saat ini, hampir seluruh jenis obat antivirus hepatitis B bisa diperoleh di Indonesia. Sebentar lagi, obat-obat antivirus hepatitis C yang menjanjikan kesembuhan 100 persen juga akan tersedia. Namun, upaya pencegahan seyogyanya lebih diutamakan ketimbang pengobatan.
Untuk itu, kenali penyakit hepatitis dan jagalah kebersihan dan kesehatan diri serta lingkungan, hindari faktor risiko, lakukan deteksi dini, dan lakukan pengobatan hingga Anda benar-benar bebas dari hepatitis.
Ada beragam hal yang menyebabkan hepatitis bersarang di tubuh seseorang, dari virus, bakteri, obat-obatan, alkohol, dan zat berbahaya lain.
Bagaimana peranan terapi alternatif mengingat harga obat hepatitis yang cukup mahal? "Ingat, pada sebagian kasus hepatitis B, tidak dikasih obat pun bisa sembuh sendiri. Obat herbal seperti temulawak, kunyit bukanlah antivirus," tegas Dr. Irsan.
Dr. Irsan mengakui adanya penelitian yang menunjukkan bahwa obat herbal bisa menurunkan tingkat SGOT/SGPT. "Tetapi, perlu diingat bahwa herbal harus digunakan sebagai suplemen, bukan obat utama," tukas staf pengajar Divisi Gastroenterologi Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, ini.Â
Bicara hepatitis, salah satu aspek khusus yang penting kita ketahui adalah penularan hepatitis dari ibu ke bayi.
Menurut DR. Dr. Hanifah Oswari, Sp.A(K), staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, proses penularan hepatitis B dari ibu kepada bayi dapat terjadi selama masa kehamilan, tetapi sebagian besar (95 persen) penularan terjadi pada proses persalinan.
Bayi yang tertular hepatitis B akan tumbuh dengan penyakit tersebut tanpa menunjukkan gejala, tetapi kelak dapat berkembang menjadi hepatitis kronis atau sirosis hati saat anak-anak atau dewasa. Untuk itu, ibu hamil dengan risiko hepatitis sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan status HBsAg, apakah positif atau negatif.
"Sebenarnya, umur berapa pun tidak masalah bila diberikan vaksin hepatitis B. Namun, paling lambat di usia kehamilan trimester 3, sang ibu sudah harus diperiksa," tegas pakar yang juga aktif di Ikatan Dokter Anak Indonesia (DAI) ini.
Jika sang ibu memiliki status HBsAg negatif atau tidak diketahui, maka bayi akan diberikan imunisasi aktif dengan pemberian HB O kurang dari 24 jam setelah lahir, bersamaan dengan pemberian vitamin K-1.