Penderita vertigo non-vestibular tidak mengalami rasa pusing yang berputar, tetapi melayang seperti kehilangan keseimbangan. Biasanya, serangan vertigo pun berkelanjutan dan dipicu oleh gerakan obyek visual. Situasi yang ramai dan keadaan lalu lintas yang padat juga sering menjadi faktor pencetus. Namun, vertigo ini tanpa diiringi mual dan muntah.
Selain itu, ada pula gejala klinis lainnya, yakni muncul nystagmus pada mata penderita. Nystagmus adalah gerakan mata dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah dengan cepat. Arah gerakan tersebut dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosis. Bila nystagmus semakin lama semakin menghilang, diagnosis akan diarahkan ke vertigo vestibular. Sementara jika tidak menghilang dalam kurun waktu yang lama, kemungkinan terjadi karena vertigo non-vestibular. Nystagmus sendiri dapat dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau meneteskan air dingin ke dalam telinga.
Menyiasatinya
Vertigo dapat disembuhkan, tapi sewaktu-waktu dapat pula kambuh lagi. Namun, jangan selalu beranggapan jika vertigo adalah gejala awal stroke. Apalagi, jika tidak ada faktor pencetus lain, seperti gemar merokok dan hipertensi. Cara yang paling tepat untuk mengatasi vertigo adalah segera memeriksakan diri ke dokter ahli. Pemeriksaan akan dilakukan dengan melihat gejala klinis dan fisik secara umum, seperti kepala, telinga, dan leher.
Jika yang dirasakan adalah rasa pusing berputar-putar karena perubahan posisi, dapat dilakukan terapi cara brand daroff. Terapi ini adalah latihan posisi kepala, dengan cara mengarahkan kepala ke kiri dalam posisi duduk, lalu menjatuhkan badan ke posisi kanan. Kemudian melakukan hal yang sama dengan arah dan posisi yang berlawanan.
Lamanya latihan ini disesuaikan dengan kondisi penderita dan sebaiknya porsi latihan ditambah dari hari ke hari. Semakin sering melakukan latihan, kemungkinan hilangnya vertigo pun akan semakin cepat. Namun, jika rasa pusing berputar itu sangat hebat, penyembuhan dapat dilakukan dengan memberikan obat. Tujuannya untuk menekan fungsi vestibular. Pemberian obat sebaiknya diiringi pula dengan terapi agar lebih efektif.
Pemeriksaan tambahan yang sering kali direkomendasikan dokter adalah electronystagmography (pemeriksaan gerakan mata), computerized tomography scan (CT scan), dan magnetic resonance imaging (MRI scan). Hal ini terutama dilakukan saat ada gejala lain yang tidak biasa, seperti wajah kebas dan bicara cadel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H