Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Istri Harus Ingatkan Suami Jangan Bercanda Keterlaluan

27 Juni 2017   11:39 Diperbarui: 28 Juni 2017   11:40 5014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Tribunnews.com

Suami Anda suka bercanda? Pasti menyenangkan, ya? Tapi kalau sudah berlebihan, bisa membahayakan juga lho. Demi keutuhan rumah tangga, bantu dia memperbaiki diri tanpa menghilangkan sifatnya yang menyenangkan.

Sudah lama Selly (35) jengkel dengan ulah suaminya. Setiap kali diajak berunding soal urusan keluarga, seperti menyicil rumah dan menentukan sekolah anak, Freddy (40) tidak pernah bisa diajak bicara serius. Dia selalu bersikap santai. Saking santainya, dia sering tidak bisa memutuskan dengan cepat. Lagi-lagi Selly harus turun tangan. Tak hanya itu. Freddy juga sering bercanda. Saat pacaran, hal inilah yang membuat Selly jatuh hati. Namun sikap kocak Freddy yang kelewatan malah sering bikin masalah baru. Candaan Freddy yang paling bikin Selly geram adalah menyembunyikan putra mereka di lemari. Niat Freddy mengusili sang istri berubah menjadi petaka bagi si Kecil yang pingsan karena kekurangan oksigen.

Mengalir Seperti Air

Di dunia ini, menurut psikolog Dra. Tiwin Herman, M. Psi, orang-orang setipe Freddy memang ada. Mereka sangat santai menjalani hidup dan selalu menggampangkan setiap hal. Prinsip mereka adalah "menjalani hidup seperti air yang mengalir". Bagi mereka, segala sesuatu tidak usah dihadapi terlalu serius.

Meski selalu santai, sebenarnya orang-orang tipe ini tetap mempunyai target dalam hidup. Keputusan untuk menikah adalah salah satu tanda mereka memiliki tanggung jawab dan target. Tapi memang mereka tidak terlalu ngoyo atau memaksakan diri untuk memenuhi target hidup. Biasanya kalimat yang keluar adalah: "Tercapai syukur, kalau pun tidak, ya tidak apa-apa." Makanya orang-orang ini selalu membutuhkan dukungan dari keluarga dan teman dekat yang akan mengingatkan target-target hidup.

Orang seperti ini biasanya tidak suka jika selalu didesak atau dituntut serius. Mereka selalu menunda-nunda bila harus memikirkan hal serius. Namun demikian, bukan berarti mereka tidak bisa mengambil keputusan. Hanya saja, mereka belum menemukan cara dan waktu yang tepat untuk menguraikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memecahkan masalah. Mereka sebenarnya memiliki perencanaan, tetapi tidak dalam jangka panjang. Mereka merencanakan sesuatu hanya untuk sesaat. "Ya sudahlah, bagaimana nanti saja," dalih mereka.

Satu hal positif dari tipe orang seperti ini adalah mereka selalu bisa menyemarakkan suasana. Selera humor yang tinggi membuat mereka disukai banyak orang. Ciri lainnya adalah mudah bergaul dan banyak teman. Sayangnya, mereka tidak menyadari bahwa terkadang lelucon mereka berlebihan. Pada kasus Freddy, bahkan dia tidak mempertimbangkan keselamatan putranya hanya karena berniat ingin mengusili sang istri. Yang ada di pikirannya adalah leluconnya itu dapat membuat istrinya tertawa. Namun kenyataannya justru sebaliknya. Sang istri jengkel luar biasa. Sekali dua kali mungkin tidak masalah, tapi lama kelamaan keharmonisan suami istri bisa terganggu.

Melibatkannya dalam Urusan Rumah Tangga

Masalah akan timbul jika tipe suami seperti itu menikam istri yang memiliki target hidup yang jelas dan serius merencanakan hidup. Sejak masa perkenalan atau pacaran, seharusnya Anda bisa mengenali tanda-tandanya. "Waktu satu tahun sudah cukup untuk mengenali tanda-tanda itu," ujar Tiwin. Misalnya saat memecahkan persoalan-persoalan, mereka cenderung merespons dengan celoteh singkat, "Sudahlah, nanti saja mikirin-nya." Saat memutuskan menikah dengannya, Anda harus siap dengan risiko yang timbul dari karakternya yang "unik" itu.

Lalu, bagaimana cara mengatasi tipe suami seperti itu? Menurut Tiwin, sebenarnya mereka bisa fokus dengan sesuatu, sejauh hal itu berkaitan langsung dengan kepentingan pribadinya. Misalnya yang berhubungan dengan kegemaran dan hobinya. Istri bisa memanfaatkan situasi itu. Kuncinya, libatkan dia dalam semua urusan rumah tangga. Terangkan padanya bahwa persoalan rumah tangga juga mempengaruhi kehidupannya. Misalnya dengan memberikan gambaran konsekuensi ketidakseriusannya. "Kalau tidak punya rumah sendiri, kita sekeluarga, termasuk Bapak, akan repot pindah-pindah rumah kontrakan." Begitu salah satu contoh penjelasan yang bisa kita berikan padanya.

Langkah awalnya, Anda harus melibatkannya dalam setiap urusan keluarga dan membantu memberikan langkah-langkah penyelesaian yang harus diambil. Kalau sampai tenggat waktu dia belum juga memutuskan atau melakukan apa-apa, Anda boleh mengambil alih. Tetapi, Anda tetap harus melaporkan perkembangan itu kepadanya. Hal ini terus Anda terapkan sampai dia mulai terbiasa dan belajar bersikap serius, terutama pada hal-hal penting yang berkaitan dengan urusan keluarga.

Selalu Sabar Mengingatkan

Soal candaan yang kelewatan, Anda harus menilainya dari sudut kepantasan. Ingatkan padanya bahwa lelucon yang sebaiknya dihindari adalah yang berkaitan dengan SARA (suku, agama, ras, pilihan politik) dan seks. Sang istri hendaknya mengingatkan sang suami bila leluconnya kelewatan. Ada humor yang pantas dikeluarkan untuk orang baru dan ada yang tidak. Akan lebih nyaman bila memberi tahu ini saat Anda hanya berdua dengannya. Jika leluconnya sudah keterlaluan dan menyakiti perasaan Anda, cara yang paling baik untuk memberi tahu adalah dengan mengutarakan rasa keberatan Anda. Hindari menghakimi perbuatannya sebagai sesuatu kesalahan.

Selain itu, kelebihan sang suami dalam berteman membuatnya selalu berpikir bahwa teman-temannya pasti akan membantu kesulitannya. Oleh karenanya, dia jarang merasa pusing menghadapi masalah hidup. "Kita sebagai istri harus mengingatkannya agar tidak selalu mengandalkan orang lain dan bisa menyelesaikan sendiri setiap persoalan rumah," ujar Tiwin.

Tiwin mengatakan bahwa setiap istri harus memiliki kesabaran yang tinggi menghadapi suami tipe ini. Proses ini mungkin tidak mudah Anda lalui. Anda tidak mungkin mengubah sifat seseorang dalam waktu singkat. Kesabaran Anda pun akan teruji. Saat semangat melemah, Anda harus selalu ingat bahwa pernikahan adalah proses penyesuaian diri seumur hidup. Ketika pasangan punya kelemahan di satu sisi, kita harus siap membantu. Dengan begitu rumah tangga Anda pun selalu kokoh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun