Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cemburu Tandanya Cinta?

22 Juni 2017   07:54 Diperbarui: 22 Juni 2017   11:23 3203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Insrospeksi, apakah hal ini terkait rasa tidak percaya diri, ketergantungan yang besar pada pasangan seolah tidak ada orang atau hal lain yang bisa dilakukan. Dan yang tak kalah pentingnya membangun komunikasi terbuka dua arah dengan pasangan. Tumbuhkan rasa saling percaya, ciptakan komunikasi yang sehat, hindari aktivitas yang bisa menstimulus curiga tak beralasan," Rani mengingatkan.

"Bagi pasangan yang dicemburui, jaga jarak dengan hal-hal yang bisa memicu rasa cemburu pasangan, tepati, pastikan sejalan antara kata dan tindakan. Saling jujur dan terbuka satu sama lain, kemukakan kesalahan yang dilakukan, dan kembali ke dasar tujuan hubungan mau diarahkan kemana, tujuannya seperti apa," saran Rani lagi.

Tia menambahkan. "Keduanya mesti sama-sama melihat apa sebenarnya yang dicemburui, kalau memang ada situasi yang berpotensi menimbulkan rasa cemburu, segera dikurangi. Tetapi kalau memang pasangan betul-betul tidak melakukan sesuatu yang dicurigai, yakinkan pasangan tidak melakukannya, harus dikomunikasikan secara terbuka pada pada pasangan."

"Sejak awal terbukalah pada pasangan tentang kondisi lingkungan tempat kerja atau komunitas kita. Jika tidak dilibatkan secara langsung, minimal ceritakan, tunjukkan foto, atau kenalkan pasangan dengan teman-teman kita. Terlebih bagi mereka yang lingkungan kerjanya didominasi oleh lawan jenis," imbuhnya lagi.

Sering kali cemburu tidak hanya berdampak buat diri dan hubungan, tidak sedikit kasus kriminal yang dipicu oleh rasa cemburu. Hal ini, menurut Rani, kembali lagi ketika seseorang memiliki ketergantungan yang berlebihan pada pasangannya, sehingga tidak bisa melihat orang lain atau cara lain yang digunakan.

"Karena dalam cemburu ada tiga faktor yang terlihat, yaitu kognitif, emosi, dan perilaku. Ada peluang untuk sampai pada perilaku nekat bila terjadi kombinasi ketiga faktor ini. Yang paling awal kognitif atau pemikiran dan emosinya, ketika keduanya mendominasi akhirnya muncul perilaku yang ekstrem seperti membunuh. Karena itu dibutuhkan kendali emosi yang kuat. Memang tidak mudah, namun harus terus dilatih untuk bisa mengendalikan diri dan emosi dengan baik " paparan.

"Pastikan memilih pasangan yang matang dan dewasa sehingga tidak menguasai, saling melengkapi, dan enak diajak berdiskusi. Kalau sudah sampai tahap itu, akan mudah menjalani hubungan tanpa harus direcoki oleh cemburu tak berdasar," pungkas Tia mengingatkan.

Yuk, jadikan cemburu sebagai bumbu cinta, bukan candu yang membuat hubungan berakhir duka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun