Di,
Pagi berselimut dingin
Batin merasakan sakit saki
Tersayat luka celoteh yang tak kunjung mereda
Kata bijak sebatas lembaran lusuh
Tidak lagi menunjuk kedewasaan
Lidah selalu memutar balik fakta
Sudut bibir tersenyum hanya sebagai kedok saja
Ketika aku patah pena
Dan aksara tak lagi bisa tertata
Akhir mengelus dada menghela panjang
Berlirih, begitu teganya mendustai ketulusan ini
Di,
Pagi pada secangkir kopi
Antara mentari yang menyinari bumi
Dalam rekih badan mendoakan semoga tak ada lagi ucap comberan pemecah NKRI
Surabaya, 3 Agustus 2020
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!