Â
setidaknya engkau mengkaji
kata-kata yang pernah terlontarkan
menyingkapi sekeping luka dalam jiwa
dan merasakan betapa perihnya hati ini
Â
wahai dirimu yang disana
bolehlah tersenyum diatas derita
bolehlah tertawa tanpa ikatan sesal
menari-nari dengan kepuasan tersendiri
Â
namun, jikalau sadar masih ada
cobalah untuk bicara sejujurnya
tidak perlu melakukan kepalsuan janji
atau mengumbar celoteh di setiap orang
Â
kasih...
mungkin dan semungkin-mungkinnya
engkau pergi karena kehancuran
setelah kepurukan menjelmaku
Â
malukah pada saat ini
badan ditinggalkan gelimang permata
berteduh diantara gubuk berdinding bambu
bahkan makan menunggu terik diatas kepala, entahlah
Â
Surabaya, 24 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H