Mohon tunggu...
Rudy Tantra
Rudy Tantra Mohon Tunggu... -

Writer. Blogger. Mentor. Executive in IT Company

Selanjutnya

Tutup

Money

Kecil tapi Banyak

4 Oktober 2013   09:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:01 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini berhubungan dengan The Power of Small Things, tentang kekuatan hal-hal kecil dalam bisnis. Saya tertarik untuk membagikan cerita tentang hal ini, ketika membaca sebuah artikel di koran Kompas edisi Minggu. Artikelnya bukan tentang investasi tetapi tentang kuliner, yaitu sebuah rumah makan di wilayah Pantura yang menyajikan ikan bakar yang khas. Yang menarik adalah sang pemilik rumah makan, yang selain memiliki beberapa rumah makan serupa juga memiliki peternakan sapi dan ayam, kebun kangkung serta beberapa minimarket waralaba. Semua usaha yang dijalaninya itu adalah jenis UKM, tetapi banyak

Sang pemilik adalah investor yang cerdas, selain karena menginvestasikannya pada aset riil yang menghasilkan, juga ‘meletakkan telur pada beberapa keranjang berbeda’. Apalagi ketika saya ikuti lebih lanjut, produk dari peternakannya juga menyuplai minimarket waralaba yang diambilnya. Sungguh luar biasa. Artinya, ia bisa menggunakan berbagai usahanya itu untuk bisa saling mendukung juga. Saya yakin ia juga tidak akan berhenti di sini, mungkin ia masih akan berekspansi lagi, tapi tetap dalam bentuk bisnis UKM.

Saya juga melihat contoh yang sama dengan tetangga toko bapak saya di bilangan Sunter. Pada masa-masa awal pasar tradisional itu, orang tua saya juga baru memulai dengan satu toko seukuran dua kali dua meter. Saat yang bersamaan seorang pemuda juga membuka toko di bagian agak dalam, menjual berbagai peralatan rumah tangga seperti ember, sapu, sikat, pengki dan lain sebagainya. Yang mengesankan, si pemuda pemilik toko kecil itu sangat cekatan dan tampak rajin. Ia melayani pelanggan, setelah agak siang ia pergi berbelanja tambahan barang dagangannya dan sore-sore ia kembali dengan bajaj yang penuh barang-barang yang akan dijualnya. Dengan semangat tinggi dan pelayanan yang ramah, maka tak heran tokonya selalu ramai, sehingga ia pun makin sibuk bolak balik membeli tambahan barang dagangan. Kelihatannya modalnya memang terbatas sehingga setiap mendapat uang cukup ia selalu berusaha berbelanja lagi.

Beberapa tahun kemudian, tampak nyata usahanya berkembang. Tokonya sudah bertambah menjadi tiga. Istrinyapun sekarang turun tangan membantu. Selang beberapa saat lagi, tokonya semakin bertambah, total menjadi enam buah. Barang dagangannyapun terdiri dari bermacam-macam jenis. Ada toko yang menjual keperluan dapur. Adayang menjual peralatan listrik. Ada pula yang menjual peralatan rumah tangga. Sekarang, beberapa kerabatnya ikut membantu. Bahkan ia juga membuka toko di pasar tradisional lainnya. Tetapi pemuda itu, yang sekarang sudah jadi bapak, masih tetap sama. Ia tetap menjaga tokonya dan juga masih berbelanja barang-barang dagangannya.

Satu lagi contoh nyata adalah seorang ibu yang sering menitipkan kue di toko kami. Sejak muda ia sudah menjadi orang tua tunggal untuk dua putrinya, karena suaminya meninggal. Untuk mencukupi hidupnya, ia membuat kue kering dan menitipkannya di beberapa toko. Karena kue buatannya enak, maka titipannya selalu laris. Sedikit demi sedikit ia menabung untuk menambah modalnya. Beberapa tahun yang lalu ia pindah ke Cikarang. Ia sempat beberapa kali mengunjungi toko kami, terakhir minggu lalu ia datang. Satu hal yang menarik, saya tidak pernah mendengar ibu ini mengeluh. Ceritanya selalu penuh hal-hal positif dan bernada optimis. Minggu lalu itu, ia bercerita mengenai anaknya yang telah lulus kuliah dan bekerja dengan penghasilan yang bagus. Selama kuliah, putri pertamanya itu mendapat beasiswa sehingga sangat meringankan dia. Putrinya yang kedua pun selalu juara kelas, dan akan segera kuliah. Ia percaya, si bungsu akan mendapat beasiswa juga. Tentang bisnisnya ia bercerita bahwa sudah sejak beberapa tahun ia memasok kue ke pabrik-pabrik di sekitar tempat tinggalnya dalam jumlah besar, termasuk juga catering. Bahkan, ia juga memiliki dua rumah lainnya yang ia sewakan. Sungguh luar biasa perjuangan ibu ini. Saya sangat menghormati dan mengaguminya.

Dari beberapa contoh di atas, saya bisa melihat bahwa kunci untuk keberhasilan adalah:


  1. Memulai usaha meskipun kecil, tetapi sudah melakukan tindakan untuk memulainya, dan mengembangkannya dengan ulet dan bersemangat. Seperti tetangga toko kami yang begitu bersemangat mengelola tokonya yang meskipun kecil tetapi tetap ditangani dengan baik.
  2. Melakukan diversifikasi, yaitu selalu mencari dan mencoba peluang usaha baru dengan cara yang cerdas, sehingga usaha-usaha kecil bisa saling mendukung tetapi tidak saling tergantung. Seperti pemilik rumah makan yang mengembangkan usahanya menjadi banyak meskipun kecil, dan bisa saling mendukung. Kalaupun salah satu usahanya tidak berjalan baik, ia masih punya banyak sumber penghasilan.
  3. Selalu berpikir positif dan optimis. Meskipun kita banyak menemukan halangan, tapi fokuskan pikiran pada tujuan kita. Seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dapat berjuang demikian hebatnya sehingga mempunyai beberapa aset yang memberikan penghasilan yang layak baginya, meskipun ia harus memulainya sendirian dengan penuh perjuangan. Jadi jika kita masih mengeluh mengenai kekurangan kita, lihatlah ibu ini.

Sebuah usaha, meskipun kecil bisa jadi adalah awal dari bisnis yang berkelanjutan. Jika kita sulit untuk menetapkan tujuan agar usaha ini berkembang menjadi perusahaan besar berskala nasional bahkan internasional (vertikal), kita bisa mencoba strategi untuk mengembangkan usaha-usaha lainnya dengan skala lebih kecil tetapi dalam jumlah banyak dan terdiversiviaksi dengan baik (horisontal).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun