Tanpa sadar saya sering komplain ke orang lain atau bawahan dengan mengatakan mereka sebagai si "lambat", "pemula" dan banyak kalimat pedas lainnya, baik dengan nada bercanda maupun sarkas.
Apapun alasannya, ketidaksabaran lebih banyak menyebabkan penyesalan di kemudian hari dan ibarat nasi sudah menjadi bubur penyesalan tiada guna lagi.
Meskipun kerusakan yang ditimbulkan dari ketidaksabaran terkadang masih ada yang bisa diperbaiki, namun itu membutuhkan waktu dan usaha yang luar biasa besarnya. Jauh lebih baik mencegah kerusakan daripada memperbaiknya.
Ada sebuah kata bijak sebagai pengingat agar kita selalu berhati-hati dan sabar: "Membutuhkan 20 tahun untuk membangun sebuah reputasi dan 5 menit untuk menghancurkannya".
Di pasar saham, kesabaran memegang peranan yang sangat sangat penting bagi kesuksesan seorang investor. Tanpa kesabaran tingkat tinggi seorang investor tidak akan bisa mendapatkan keuntungan yang  berlipat atau multibagger.
Tanpa kesabaran seorang investor atau trader akan cenderung beli di saat harganya tinggi dan jual saat harganya turun alias selalu rugi atau hobi cut-loss.
Saking pentingnya kesabaran dalam berbisnis di pasar saham, Waren Buffets seorang investor kelas dunia yang paling kaya dan paling terkenal mengatakan bahwa pasar saham adalah sebuah alat untuk memindahkan uang dari orang yang tidak sabar kepada orang yang sabar.
Lebih lanjut Waren Buffet juga mengatakan: Meskipun seorang investor mempunyai ketrampilan yang hebat di bidang matematika, keuangan dan bisnis, namun jika dia tidak bisa mengendalikan emosinya maka dia tidak akan menjadi investor yang sukses.
Pelajaran yang paling sulit dan paling penting di pasar saham adalah kesabaran. Belajarnya seumur hidup dan ujiannya seringkali datang tiba-tiba, hanya mereka yang lulus ujian kesabaran ini yang akan suskses berbisnis di pasar saham.
Kalimat terakhir di atas sering dilontarkan oleh legenda pasar modal dari Indonesia atau Waren-Buffett-nya Indonesia, Bapak Lo Kheng Hong.
"Sabar itu pahit tapi buahnya manis", ini adalah nasehat dari ibu saya yang selalu terngiang di telinga saya sejak masa kanak-kanak.