Dalam dunia bisnis atau di tempat kerja, ada ungkapan lama yang sering kita dengar dan masih relevan sampai saat ini, bahkan mungkin sampai kapanpun, yaitu: "Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana".
Mungkin satu dua kali kita bisa mendapatkan keuntungan karena berbuat tidak jujur namun dalam jangka panjang ketidakjujuran pasti akan terungkap. Dan pada saat itu terjadi tamat sudah bisnis atau karir kita.
Selain kejujuran sebenarnya ada hal lain yang dapat membuat karir atau bisnis kita terhambat atau bahkan berhenti untuk selamanya alias tamat, yaitu kesabaran.
Diluar sana banyak contoh orang yang kurang sabar dalam menyikapi perilaku orang lain dan akhirnya berakibat fatal baik itu bagi karirnya, hubungan dengan orang lain atau bahkan kehidupannya menjadi berantakan.
Tidak perlu merujuk pengalaman orang lain mengenai hal ini karena saya sendiri mengalami masalah yang sama dalam perjalanann karir saya selama puluhan tahun bekerja di perusahaan PMA.
Sedikit saya jelaskan mengenai latar belakang perusahaan tempat saya bekerja saat ini, perusahaan ini merupakan perusahaan PMA dibidang manufaktur sehingga di bagian produksi ini ditempatkan beberapa orang ekspatriat sebagai supervisor karena menyangkut confidential dari teknologi yang digunakan.
Perusahaan ini memiliki 2Â plant atau pabrik di tempat yang berbeda dan sebuah kantor pusat. Di setiap plant ada beberapa orang ekspatriat sebagai supervisor untuk proses produksi dan dikantor pusat sekitar setengah dari jajaran top management juga merupakan ekspatriat.
Awalnya saya bekerja di bagian produksi sehingga banyak berinteraksi dengan para supervisor dari luar dengan usia yang tidak jauh beda dan sama-sama mempunyai posisi sebagai engineer.
Mereka rata-rata bekerja selama 3-4 tahun untuk kemudian digantikan dengan yang lebih junior, dan banyak diantara mereka setelah senior kembali ke perusahaan ini dan menduduki posisi direktur atau General Manager di jajaran top management.
Selama sekitar 10 tahun lebih di bagian produksi telah tercipta hubungan yang baik dengan para ekspatriat ini sebagai sesama engineer. Bahkan saya sempat menjadi "golden boy" di mata para ekspatriat yang telah senior.