Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Memulai Bisnis Saham di Usia Pensiun (Bagian-3)

2 Mei 2023   22:33 Diperbarui: 3 Mei 2023   16:23 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi saham, cara membeli saham (cara beli saham)| KOMPAS.com/ADE MIRANTI KARUNIA SARI

Pada bagian pertama dan kedua kita telah membahas konsep dan filosofi pasar saham sebagai fondasi utama dalam memulai bisnis saham, pada bagian ketiga ini kita akan membahas langkah-langkah konkret atau praktek nyata bagaimana memulai bisnis saham.

Untuk memulai transaksi saham di pasar saham, sebagai investor ritel kita tidak bisa langsung melakukan aksi jual beli di pasar saham tetapi harus melalui perantara atau broker yang biasanya berbentuk perusahaan sekuritas.

Jadi pertama-tama kita harus memilih atau menentukan broker atau perusahaan sekuritas sebagai perantara untuk melakukan transaksi jual beli saham.

Ada sekitar 500-an lebih perusahaan sekuritas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), semuanya resmi dan diawasi OJK, cara paling gampang untuk memfilter mereka adalah dengan searching di google "10 perusahaan sekuritas terbaik" atau bisa juga dari rekomendasi teman atau pemain professional yang kita kenal/youtuber.

Dari sekitar 10 perusahaan sekuritas terbaik ini kita bandingkan dan analisis berdasarkan beberapa kriteria penting seperti tampilan menu yang paling informatif dan mudah kita mengerti, data riset dan data pendukung lainnya dan besaran fee yang dikenakan untuk setiap jenis transaksi (jual/beli). Kriteria lain bisa kita tambahkan sesuai preferensi dan gaya investasi kita.

Pada tahap awal masuk ke pasar modal kita bisa memilih lebih dari satu perusahaan sekuritas untuk mengenal lebih lanjut dan untuk membandingkan perusahaan sekuritas yang masuk kriteria kita. 

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih perusahaan sekuritas antara lain tampilan (dashboard) atau menu-menu yang tersedia apakah mudah digunakan, data riset dan data penunjang apakah lengkap dan seterusnya.

Ilustrasi broker saham, Sumber: bisnismuda.id
Ilustrasi broker saham, Sumber: bisnismuda.id

Saya sendiri pertama kali masuk ke pasar saham memilih 3 perusahaan sekuritas sebagai tempat bertransaksi saham karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya dan semuanya masih saya pakai bertransaksi sampai hari ini meskipun ada satu yang terbaik dan sesuai dengan preferensi saya pribadi.

Setelah menentukan perusahaan sekuritas yang kita pilih langkah selanjutnya adalah membuka akun untuk bertransaksi, di jaman digital saat ini membuka akun cukup mudah karena dapat dilakukan secara online dan hanya butuh 1-2 hari akun sudah aktif.

Proses membuat akun baru ini dimulai dengan input data pribadi dan melampirkan beberapa persyaratan seperti KTP, NPWP, rekening bank yang kita punya dan foto diri. Selanjutnya akan ada konfirmasi melalui email mengenai user id, password dan Rekening Dana Nasabah (RDN).

Rekening Dana Nasabah (RDN) ini merupakan tempat kita menyimpan uang (deposit) yang akan digunakan khusus untuk bertransaksi saham melalui perusahaan sekuritas tersebut.

Dengan adanya RDN ini uang kita aman karena langsung dalam kendali kita sendiri dan tidak dipegang atau disimpan oleh perusahaan sekuritas dan ini merupakan terobosan yang bagus karena dulu pernah ada kasus dana nasabah dapat dipakai oleh perusahaan sekuritas tanpa sepengetahuan nasabah.

Setelah memiliki RDN kita bisa mulai bertransaksi di pasar saham dengan mengisi dana di RDN atau istilahnya mengisi deposit. Beberapa perusahaan mensyaratkan besaran minimum deposit tapi sebagian besar tidak lagi mensyaratkan hal tersebut, yang penting bagi kita dana tersebut cukup untuk membeli saham yang kita inginkan.

Bagi pemula yang untuk pertama kalinya masuk ke pasar saham sebaiknya memasukkan sekitar 10% dari dana yang akan dialokasikan untuk berbisnis saham ke RDN.

Sebagai contoh kalau kita punya dana 100 juta rupiah yang akan kita pakai untuk bertransaksi saham maka sebaiknya kita masukkan ke dalam RDN sebesar 10 juta rupiah dulu.

Sambil jalan kita gunakan deposit 10 juta rupiah ini untuk belajar membeli saham yang sebelumnya sudah kita pilih berdasarkan analisis kita sendiri yang biasanya masih dalam taraf uji coba.

Selain itu kita harus mencoba semua menu yang tersedia untuk bertransaksi seperi BUY, SELL, Stop Loss atau Auto Sell/Buy, Smart Sell/Buy dan lainnya termasuk mencoba untuk withdraw atau menarik dana dari RDN ke rekening bank pribadi kita sendiri.

Seiring dengan waktu kita akan semakin familiar menggunakan menu-menu yang ada di dashboard sehingga kita dapat menghindari kesalahan teknis pengoperasian menu yang seharusnya tidak terjadi.

Selain itu kita bisa memonitor pergerakan harga saham yang telah kita beli apakah sesuai dengan analisis kita sebelumnya atau tidak. Bila tidak sesuai apakah akan tetap kita pertahankan (Hold) atau kita jual agar tidak semakin rugi (Cut Loss).

Berdasarkan tren pergerakan harga saham yang kita beli ini, kita dapat terus belajar dan mengasah kemampuan analisis kita.

Bila analisis kita benar kita, maka kita perlu mengecek apakah asumsi-asumsi awal yang kita gunakan untuk menganalisis saham tadi benar terjadi atau sebaliknya asumsi kita tidak terbukti tetapi harga saham memang naik karena faktor keberuntungann semata (beginner's luck).

Bila analisis kita salah, kita juga bisa belajar dimana letak kesalahannya atau mungkin ada hal-hal yang belum kita ketahui atau kita pahami dan belum kita pelajari sebelumnya.

Perlu diingat bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memastikan apakah sebuah saham akan naik atau turun. Jadi analisis yang kita lakukan hanya mengenai seberapa besar peluang sebuah saham akan naik atau turun.

Secara sederhana kita harus menghindari membeli saham yang berpeluang besar harganya turun dan hanya membeli saham yang berpeluang besar untuk naik harganya. Sederhana tapi tidak mudah untuk dilakukan.

Sebagai pemain saham ritel pemula seringkali kita membeli saham yang harganya naik tapi ternyata hanya kenaikan sesaat dan setelah itu turun berkepanjangan, dan akhirnya kita jual rugi karena "takut" harganya turun terus.

Fenomena ini dikenal dengan istilah "hobi cut loss" yaitu beli saat harga di pucuk dan jual saat harganya turun. Penyebab dari fenomena ini, pertama karena analisis yang kita lakukan memang tidak akurat sehingga kita tidak yakin terhadap hasil analisis kita sendiri.

Penyebab kedua adalah karena FOMO (Fear of Missing Out), karena kita takut ketinggalan kereta atau takut tidak kebagian "cuan" saham yang sedang naik harganya. Padahal saat itu saham sudah overvalued dan berada di pucuk dalam grafik tren harga, jadi naik sesaat untuk terjun bebas selanjutnya.

Pengalaman-pengalaman di atas terkadang tidak bisa dihindari oleh para pemula karena memang ada harga yang harus dibayar dalam proses belajar di pasar saham.

Tanpa mengalami sendiri proses pembelajaran seperti ini, para pemain saham pemula akan sulit naik ke tingkat yang lebih tinggi baik dari sisi pengetahuan dan pengendalian psikologis saat bertransaksi di pasar saham.

Jadi kuncinya adalah kehati-hatian dan kemampuan memprediksi risiko agar pada saat risiko terburuk (worst case) terjadi, kita tidak rugi melebihi dari yang dapat kita tanggung, yang tentunya berbeda-beda bagi tiap orang tergantung profil risiko dan kondisi keuangannya.

Ada dua aturan dasar agar kita tidak mengalami kerugian besar atau kebrangkutan dalam proses belajar di pasar saham dan selama kita berbisnis di pasar saham. Aturan ini dipopulerkan oleh Warren Buffett, salah satu investor pasar saham paling kaya di dunia, yaitu:

Rule #1: Never lose your money

Rule #2: Don't forget Rule #1

Aturan dasar di atas merupakan salah satu strategi untuk memenangkan "pertempuran" di pasar saham. Ada banyak strategi yang dapat kita terapkan untuk menaikkan peluang kemenangan dalam bertarung di pasar saham, strategi-strategi tersebut akan kita bahas satu persatu dalam tulisan berikutnya. 

Catatan :

Bersambung...

Pada serial tulisan memulai bisnis di pasar saham bagian-4, kita akan belajar bagaimana cara memilih saham yang baik dan kapan waktu yang tepat untuk membelinya. Juga bagaimana cara Menyusun portofolio yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun