Benar-benar strategi marketing yang luar biasa, sebuah brand yang dalam waktu singkat dikenal oleh ratusan juta penduduk Indonesia dan mengalahkan popularitas SPBU swasta yang sudah lama ada seperti Shell, BP dan AKR.
Benarkah harga Revvo 89 yang lebih murah daripada Pertalite saat itu hanya sebuah strategi marketing (marketing gimmick) ataukah Vivo memang jauh lebih efisien dan lebih unggul dalam menjalankan bisnis ritel BBM dibanding Pertamina ?
Pertama, kita akan uji beberapa parameter yang menunjukkan tingkat efisiensi proses bisnis antara induk perusahaan Vivo yaitu Vitol Group dibanding Pertamina.
Kebetulan kedua grup perusahaan ini sama-sama bergerak di bidang Energi dari hulu sampai hilir, yang meliputi eksplorasi, trading dan ritel bahan bakar minyak dan gas alam.
Vitol Group yang berkantor pusat di Swiss merupakan salah satu perusahaan energi terbesar dunia. Pada tahun 2021 lalu mereka mencatatkan pendapatan sebesar 279 miliar dollar AS dan laba bersih sebesar 4 miliar dollar AS.
Sementara Pertamina pada tahun 2021 membukukan pendapatan sebesar 2,79 miliar dollar AS dan laba bersih sebesar 471 juta dollar AS. Dari Perbandingan di atas pendapatan dan laba bersih Pertamina hanya sepersepuluh Vitol Group.
Disisi lain jumlah karyawan Vitol Group hanya 1.400 orang sedangkan jumlah Karyawan Pertamina sekitar 34 ribu orang atau sekitar 25 kali lipat karyawan Vitol Group.
Dari rasio antara pendapatan dibagi jumlah karyawan, Vitol Group jauh lebih unggul dibanding Pertamina. Secara rata-rata satu orang karyawan Vitol Group menghasilkan pendapatan 199,3 juta dollar AS per tahun, sementara Pertamina hanya 82 ribu dollar AS per tahun.
Selain itu Vitol Group juga beroperasi di lebih dari 40 negara dan memperdagangkan 367 juta ton minyak mentah dan produk turunannya pada tahun 2020 sehingga mereka lebih unggul dari sisi koneksi dan pengalaman untuk mendapatkan supplier terbaik dan termurah.
Jadi dari sisi biaya produksi Vitol Group memang lebih efisien dibanding Pertamina karena salah satu komponen biaya tetap (fix cost) yaitu biaya SDM di Pertamina sangat besar yang disebabkan jumlah karyawan terlalu banyak dan tidak efisien.
Tapi tunggu dulu, meskipun secara korporasi Vitol Group jauh lebih unggul dan lebih efisien dibanding Pertamina namun barang yang dijual Vivo (sebagai anak perusahaan Vitol Group) 100% beli dari pihak lain sedangkan Pertamina sekitar 50% bahan bakunya diambil dari bumi Indonesia sendiri alias gratis.