Pada saat musin panen raya harga produk pertanian biasanya akan jatuh sesuai dengan hukum ekonomi  "demand & supply". Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh tengkulak untuk memainkan harga sehingga harga produk bisa hampir sama atau bahkan lebih rendah dibanding dengan biaya produksi.
Pada situasi seperti ini petani hanya bisa pasrah karena produk pertanian umumnya akan cepat rusak apabila tidak segera terjual.
Namun dengan hadirnya teknologi GHSD, mereka tidak harus buru-buru menjual seluruh produk pertaniannya karena sebagian bisa diolah sehingga dapat disimpan lebih lama dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Ada berbagai jenis rumah kaca atau Green House Solar Dried yang dikategorikan berdasarkan aliran udara pasif atau aktif, juga berdasarkan struktur antara lain parabola, segitiga atau limas, atau berdasarkan bahan tembus cahaya yang dipakai ada plastik, polikarbonat dan kaca.
Dengan mempertimbangkan fungsi, biaya dan tingkat kesulitan dalam pengerjaan, desain rumah kaca atau GHSD yang sesuai untuk diterapkan secara massal adalah struktur parabola menggunakan bahan transparan polikarbonat dan aliran udara pasif.
Rumah kaca atau GHSD ini juga dilengkapi dengan kipas sirkulasi udara otomatis untuk menjaga kelembaban dan temperatur sesuai batasan yang telah ditetapkan. Kipas ini bekerja dengan suplai listrik dari solar cell yang dipasang terintegrasi diatasnya sehingga tidak perlu menggunakan listrik dari luar.
Berdasarkan pengalaman pribadi dan percobaan kecil-kecilan yang pernah saya lakukan, biaya untuk mendirikan Rumah kaca (GHSD) ini sekitar 300-500 ribu rupiah per meter persegi tergantung dari kualitas bahan dan peralatan pendukungnya.
Sementara itu untuk memproses 100kg bahan baku (buah pisang segar) per hari dalam proses yang berkelanjutan dibutuhkan rumah kaca seluas 120 meter persegi. Sehingga investasi yang dibutuhkan untuk membangun satu unit rumah kaca lebih kurang sebesar 36 -- 60 juta rupiah.
Dengan kapasitas 100 kg per hari dan 200 hari kerja efektif dalam setahun maka kapasitas satu rumah kaca adalah 20 ton per tahun setara dengan omzet 100 juta rupiah per tahun, dengan asumsi harga pisang di tingkat petani sebesar lima ribu rupiah per kilogram.
Investasi ini sebenarnya tidak mahal dibanding manfaat yang didapat namun bagi petani biasa investasi ini tentunya sangat berat dan mereka tidak mampu membayarnya sehingga perlu dukungan dan bantuan dari pemerintah.