Beberapa minggu terakhir ini masyarakat Indonesia dikejutkan dengan berita mengenai Tesla, perusahaan mobil listrik terbesar dunia milik Elon Musk yang membuka kantor di Thailand.
Hal ini tentu saja membuat kaget netizen di Indonesia karena pada akhir bulan April yang lalu Menko Marinvest Luhut Binsar Panjaitan dan tim khusus datang ke pabrik Tesla di Austin, Texas, Amerika Serikat untuk melobi Elon Musk agar mau berinvestasi di Indonesia.
Tidak cukup itu saja, pada pertengahan bulan Mei yang lalu, Presiden Jokowi sendiri dalam kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat juga menyempatkan untuk menemui Elon Musk sebagai tindak lanjut lobi yang dilakukan Menko Marinvest dan tim.
Sebagian besar masyarakat kecewa dengan berita di atas, mereka berharap Tesla mendirikan pabriknya di Indonesia bukan hanya untuk membuka lapangan kerja namun untuk membuka jalan bagi terwujudnya impian memilki mobil nasional Indonesia sendiri.
Bicara mengenai mobil Nasional, Vietnam sudah selangkah lebih maju, saat ini mereka sudah membangun merek sendiri yaitu Vinfast, dengan menggunakan teknologi manufactur body dan painting yang terbaru.
Didirikan pada tahun 2017, dua tahun setelahnya VinFast berhasil mengirimkan produk mereka kepada para konsumen pada bulan Juni 2019 yaitu tipe sedan LUX A2.0 dan tipe SUV LUX SA2.0.
Mobil-mobil yang dibuat ini menggunakan mesin BMW namun untuk bagian lain diproduksi sendiri. Mesin BMW dipilih karena handal dan mereka belum punya teknologi pembuatan mesin sendiri.
Meskipun demikian mobil yang dihasilkan dianggap sebagai mobil Nasional buatan Vietnam sendiri karena mesin hanya merupakan satu bagian dari rantai supply-chain management dalam hal ini BMW hanya salah satu pemasok mesin.
Hal ini berbeda dengan mobil Toyota Kijang yang seluruh bagiannya mulai dari bodi, mesin sampai aksesoris dirakit di Indonesia dengan local content mencapai 85% (generasi ke-6)
Meskipun seluruh bagiannya dirakit di Indonesia, Toyota Kijang tidak bisa disebut sebagai Mobil Nasional karena pabrik Toyota Kijang yaitu Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) hanyalah salah satu fasilitas produksi Toyota Motor Co. di Indonesia.
Saat ini 95% saham TMMIN dimiliki oleh Toyota Motor Co., Jepang dan hanya 5% yang dipegang oleh Astra International. Dan saat ini Astra International bukanlah dimiliki oleh pengusaha Indonesia karena 50.11% sahamnya dimiliki oleh Jardine Cycle & Carriage Limited Singapore dan sisanya dimiliki oleh masyarakat lainnya (publik).
Jadi kepemilikan saham TMMIN oleh masyarakat Indonesia hanya minoritas, hanya dibawah 2.5% secara keseluruhan, sangat kecil untuk dianggap sebagai perusahaan milik masyarakat Indonesia.
Padahal Mobil Toyota Kijang ini awalnya digadang-gadang sebagai Mobil Indonesia di tahun 1975. Kijang sendiri merupakan kepanjangan dari "Kerjasama Indonesia Jepang" yang disematkan berdampingan dengan brand "Toyota" sehingga menjadi merek "Toyota Kijang".
Mobil Toyota Kijang generasi pertama diluncurkan di Indonesia pada tahun 1977 oleh Toyota Astra Motor (TAM) yang merupakan perusahaan patungan antara perusahaan lokal yaitu Astra International dengan Toyota Motor Co., Jepang.
Toyota Kijang generasi pertama ini mempunyai kandungan lokal sebesar 19%, namun semua proses perakitan dan pembuatan bodi mobil sudah dilakukan di Indonesia. Selain itu kepemilikan saham masih dominan Astra International sebagai perusahaan lokal sehingga masih layak disebut sebagai embrio Mobil Nasional Indonesia.
Toyota Kijang generasi kedua mulai diproduksi pada tahun 1981 dengan kandungan lokal sebesar 30%, dan generasi ketiga mulai diproduksi pada tahun 1986 dan kandungan lokal naik menjadi 44%.
Toyota Kijang generasi ketiga ini juga mulai diekspor ke 9 negara. Berbeda dengan generasi pertama dan kedua yang didisain sebagai mobil pengangkut barang pada generasi ketiga ini sudah didisain sebagai mobil penumpang kelas minibus (Multi Purpose Vechicle).
Pada tahun 1990 Toyota Astra Motor (TAM) melakukan penjualan saham perdana ke masyarakat atau go public sehingga kepemilikan saham Astra International yang dimiliki oleh William Soerjadjaja (Tjia Kian Liong) berkurang karena sebagian dimiliki oleh masyarakat (publik).
Dan pada tahun 1993 seluruh saham milik keluarga Soerjadjaja di TAM dijual untuk menutupi kerugian Bank Summa yang didirikan oleh anak William, Edward Soeryadjaja. Saham tersebut dibeli oleh konsorsium yang terdiri dari badan-badan pemerintah dan sejumlah konglomerat papan atas saat itu.
Toyota Kijang generasi keempat diluncurkan mulai tahun 1997 dengan kandungan lokal sebesar 53% dan diekspor ke 3 negara.
Pada saat Krisis Moneter tahun 1998 banyak pengusaha gulung tikar, sehingga saham yang dimiliki para konglomerat papan atas diserahkan ke BPPN. Pada tahun 1999 BPPN menjual saham tersebut ke Jardine Cycle & Carriage sampai saat ini.
Pada tahun 2003 dilakukan re-organisasi dan TAM dipecah menjadi dua yaitu PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sebagai produsen dan PT. Toyota Astra Motor (TAM) hanya sebagai distributor dan importir kendaraan Toyota di Indonesia.
Sejak saat itu TAM (PT. Toyota Astra Motor) tidak lagi sebagai produsen atau pembuat mobil Toyota Kijang melainkan hanya sebagai distributor atau pedagang saja.
Dengan demikian Toyota Kijang tidak layak disebut lagi sebagai embrio Mobil Nasional seperti yang diwacanakan di tahun 1975. Toyota Kijang adalah salah satu produk Toyota Motor Co., Jepang yang pabriknya ada di Indonesia.
Toyota Kijang generasi kelima diluncurkan mulai tahun 2004 dengan kandungan lokal sebesar 80% dan diekspor ke 22 negara. Terakhir Toyota Kijang generasi keenam mulai diluncurkan mulai tahun 2014 sampai saat ini dengan kandungan lokal sebesar 85% dan diekspor ke 29 negara.
Bisnis pabrik mobil adalah bisnis padat modal yang perlu tambahan investasi secara terus menerus  karena harus selalu mengikuti perkembangan teknologi dan disain mobil sesuai dengan perkembangan jaman.
Hal inilah rupanya yang menyebabkan porsi saham Astra International di bisnis pabrik mobil terus berkurang dan akhirnya hanya tinggal 5% saat ini.
Selain porsi saham Astra International di TMMIN yang sangat kecil, saat ini lebih dari separuh saham Astra International dimiliki perusahaan luar dan bukan pengusaha Indonesia.
Bila dibandingkan dengan Malaysia atau Vietnam yang sudah memiliki Mobil Nasional masing-masing, kita tertinggal sangat jauh. Padahal kita sudah sejak tahun 1975 mencanangkan program Mobnas, justru Vietnam yang baru mulai tahun 2017 saat ini sudah mulai go international.
Masihkah kita sibuk mempermasalahkan hal-hal mendasar yang sudah diputuskan sejak sejak awal negara ini didirikan, ataukah kita memang tidak menginginkan menjadi bangsa yang maju dalam pengetahuan dan teknologi karena satu dan lain hal?
Mari kita introspeksi masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H