Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka dan Upaya Membangun Link and Match Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja

21 Februari 2022   21:27 Diperbarui: 22 Februari 2022   10:00 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan berbagai hambatan dan kesulitan di atas, faktor-faktor tersebut dapat memperlambat penerapan kurikulum merdeka di seluruh wilayah Indonesia. Namun kita tidak boleh menyerah, terlepas dari persiapan yang belum sempurna kita harus mulai sekarang atau akan tertunda lebih lama lagi.

Merdeka Belajar merupakan visi besar untuk merevolusi sistim pendidikan di Indonesia sehingga tercipta link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja secara holistik yang mencakup hard skill dan juga soft skill (seperti etika, karakter / kepribadian).

Masalah link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja sudah menjadi perhatian pemerintah sejak jaman orde baru. Pada jaman itu ada istilah dunia pendidikan harus menghasilkan lulusan yang "siap pakai".

Sehingga pada masa itu link and match lebih fokus kepada sekolah kejuruan (SMK) seperti STM (Sekolah Teknik Menengah), SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas), SPG (Sekolah Pendidikan Guru) dan lainnya yang lulusannya bisa langsung bekerja sesuai bidangnya.

Pada tingkat perguruan tinggi lulusan diploma juga termasuk lulusan yang dianggap memenuhi kriteria sebagai lulusan yang "siap pakai", yang bisa langsung berkontribusi di dunia kerja (link and match).

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini lulusan sekolah kejuruan dan diploma ternyata banyak yang tidak "siap pakai", baik karena persaingan yang semakin ketat atau kemajuan teknologi yang sangat pesat.

Selain itu pengertian "siap pakai" yang sebelumnya hanya mengacu pada kompetensi ketrampilan dan pengetahuan teknis saat ini telah meluas termasuk juga kesiapan mental dan kompetensi soft skill seperti creative thinking, critical thinking, leadership, learning skill dan problem solving.

Bidang pekerjaan yang tidak membutuhkan kemampuan teknis yang spesifik seperti administrasi, perkantoran dan operasional dan sebagainya memang bisa diisi dengan lulusan lintas disiplin ilmu, karena yang dibutuhkan utamanya hanya soft skill.

Jadi upaya Kemendikbud Ristek untuk membangun link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang holistik sudah tepat dan harus dimulai dari sekarang dan tidak bisa menunggu lagi karena teknologi terus berkembang semakin pesat dari waktu ke waktu.

Upaya ini juga tidak bisa terwujud dalam waktu singkat, menurut Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim, diperlukan waktu sekitar 10-15 tahun agar visi Merdeka Belajar ini dapat terwujud secara merata bagi generasi muda Indonesia.

Semoga dengan adanya Kurikulum Merdeka ini akan menguatkan fondasi dalam menciptakan link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang saling memberikan manfaat satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun