Tahun ini kebijakan Merdeka Belajar diperluas untuk semua jenjang pendidikan, mulai tahun ajaran 2022/2023, Kemendikbud Ristek akan menerapkan Kurikulum Merdeka mulai dari PAUD, SD sampai SMA.
Kurikulum Merdeka ini lebih berfokus kepada materi esensial, pengembangan karakter dan kompetensi murid agar lebih siap dalam menghadapi realitas dan tantangan kehidupan yang akan mereka hadapi nantinya.
Karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka adalah:
- Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil Pelajar Pancasila.
- Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
- Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Salah satu gebrakan baru dalam Kurikulum Merdeka yaitu di sekolah SMA tidak ada lagi penjurusan atau peminatan seperti IPA, IPS, atau Bahasa. Sebagai gantinya siswa bisa bebas memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir saat SMA.
Hal ini sesuai dengan konsep Merdeka Belajar, agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing sebaliknya siswa juga tidak bisa dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak disukai.
Perubahan ini pada dasarnya untuk melatih para siswa SMA yang mulai masuk dalam umur dewasa untuk mulai memikirkan dengan serius masa depannya, akan menjadi apa mereka nanti atau apa prioritas hidupnya.
Dengan adanya penjurusan atau peminatan di SMA, ada sebagian dari mereka yang hanya ikut-ikutan tanpa pernah memikirkan dengan serius masa depan yang ingin diraih.
Dengan dihapuskannya penjurusan bisa jadi sebagian besar siswa akan mengalami kebingungan dalam memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir di SMA karena mereka belum mengetahui minat dan potensi diri sebenarnya.
Namun, di sisi lain hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk memilih mata pelajaran yang mereka anggap paling mereka minati dan kuasai namun dengan tetap memberikan keleluasaan untuk berubah bila ternyata asumsi awal mereka salah.
Meskipun tujuan Kurikulum Merdeka ini sangat bagus dan ideal namun dalam penerapannya ada banyak hal yang mungkin menjadi hambatan antara lain:
- Hambatan psikologis dari siswa itu sendiri. Sebagian besar siswa mungkin masih belum paham dengan kurikulum baru ini, termasuk belum tahu potensi diri, minat dan bakat yang sebenarnya dan tujuan hidup dan masa depannya. Bahkan mungkin ada sebagian dari mereka yang lebih suka nasibnya ditentukan orang lain daripada diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang paling sesuai dengan minat dan bakat mereka.
- Hambatan teknis, meliputi sarana dan prasarana yang berbeda-beda antara satu sekolah dengan lainnya. Sebagai contoh ketersediaan ruang kelas atau laboratorium, sarana praktik, komputer, sambungan wifi dan sebagainya.
- Kurangnya tenaga pendidik. Dengan kebebasan siswa memilih mata pelajaran yang diminatinya di dua tahun terakhir di SMA kemungkinan akan menyebabkan kurangnya guru yang kompeten pada mata pelajaran tertentu