Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sarkasme Dianggap Tanda Kecerdasan, Layakkah Kita Menggunakannya?

12 Februari 2022   12:45 Diperbarui: 12 Februari 2022   13:05 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang sarkastik, Sumber: pexels.com via idntimes.com

Pernahkah kalian dikatain orang "Dasar tolol, gini saja tidak bisa", atau "Apa kamu sudah tuli, dipanggil boss diam saja". Atau justru kita yang melontarkan kalimat sarkastik di atas?

Sarkasme adalah bentuk dari sebuah sindiran kasar, ada juga bentuk sindiran halus yang dinamakan satire. Berbeda dengan satire, sarkasme sangat menyakiti perasaan orang yang dituju dan merupakan sebuah bentuk serangan secara verbal.

Sarkasme berasal dari bahasa Yunani, yaitu "sark" yang berarti "daging", dan "asmos" yang berarti "merobek". Jadi secara harfiah, sarkasme berarti "merobek daging". Tujuan dari sarkasme dimaksudkan untuk menyindir secara kasar sehingga dapat melukai perasaan seseorang. 

Sarkasme merupakan bentuk ironi verbal yang dimaksudkan untuk mengolok-olok, mengejek, atau mengungkapkan penghinaan. ironi verbal adalah mengatakan kebalikan dari apa yang dimaksud dan melakukannya dengan nada mengejek.

Namun demikian sarkasme sering diasosiasikan sebagai tanda kecerdasan orang yang melakukannya. Katherine Rankin, Neurophysiologist, University of California, San Fransisco, menyimpulkan, perkataan sarkastik menandakan kecerdasan sosial yang tinggi.

Selain itu, The Washington Post melaporkan bahwa dari penelitian terhadap 375 mahasiswa teknik, sarkasme dalam sebuah percakapan ternyata dapat memberikan efek penyelesaian konflik masalah yang lebih baik ketimbang percakapan biasa.

Para responden juga dinilai lebih fokus menjalani pekerjaan setelah melakukan percakapan sarkasme. Orang yang pandai menyampaikan lelucon atau kalimat sarkasme, pada akhirnya cenderung lebih sukses dalam berkarier.

Sejauh ini penelitian mengenai sarkasme dilakukan pada masyarakat negara barat yang memang lebih terbuka dan rasional. Sehingga kesimpulan yang didapatkan mengenai sarkasme ini cenderung lebih positif seperti sebagai tanda kecerdasan, kreatifitas dan untuk menyadarkan orang yang diajak bicara.

Bagi masyarakat Asia dan Indonesia pada khususnya, sarkasme itu tidak sopan, kasar dan menyakitkan dan tidak jarang merusak hubungan atau relasi bagi orang yang mengucapkan dan mendengarnya.

Sarkasme biasanya diucapkan dalam kondisi dimana orang benar-benar marah dan lepas kendali dan diucapkan dengan penuh emosi negatif yang merusak karena ditujukan untuk menyakiti perasaan orang yang dituju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun