Rekomendasi tidur minimal ini didasarkan pada penelitian ilmiah yang mengevaluasi peran tidur di tubuh kita serta efek kurang tidur terhadap fungsi kinerja puncak tubuh kita.
Hasil survei menunjukkan, 40 persen orang dewasa di Amerika mengalami kurang tidur dari waktu minimal yaitu tujuh jam per hari.
Lebih jauh, menurut National Sleep Foundation, orang dewasa Amerika saat ini memiliki rata-rata tidur 6,9 jam per malam padahal di tahun 1940-an rata-rata 7,9 jam per malam. Jadi waktu tidur rata-rata orang dewasa Amerika saat ini telah berkurang satu jam dibandingkan tahun 1940-an.
Mengapa Tidur Penting?
Siklus tidur-bangun kita diatur oleh sistem sirkadian, yang membantu memberi sinyal pada otak untuk tidur dengan menggunakan pelepasan hormon melatonin alami.
Pada malam hari, tubuh memproduksi lebih banyak melatonin untuk membantu kita tertidur. Sementara itu melatonin ini sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga adanya cahaya ini dapat menyebabkan produksi hormon melatonin terganggu yang menyebabkan kita sulit tidur.
Di sisi lain, orang-orang saat ini sering kali mengorbankan waktu tidurnya untuk bekerja dan beraktifitas. Perilaku ini tentu berdampak terhadap kesehatan otak dan tubuh
Berbagai penelitian terkini telah menyatakan bahwa orang dewasa yang tidur kurang dari tujuh jam dalam 24 jam, lebih berpotensi mengalami gangguan kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, asma dan depresi, dibandingkan dengan mereka yang tidur cukup, tujuh jam atau lebih.
Tidur yang cukup dan teratur bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan secara optimal. Sebaliknya kurang tidur dapat menyebabkan penurunan kinerja, meningkatkan resiko kecelakaan mobil, dan kacaunya hari-hari kerja.
Apa yang terjadi dengan sistem metabolisme tubuh kita pada saat kita kurang tidur?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli saraf di University of Florida,Michael S. Jaffee, pada saat kita kurang tidur akan menyebabkan tubuh bereaksi sebagai berikut:
- Pertama, sistem endokrin dalam tubuh kita melepaskan lebih banyak kortisol, hormon stres. Dan hal ini berpotensi menyebabkan tekanan darah naik dan kemungkinan risiko penyakit jantung koroner.
- Kedua, tubuh akan memiliki toleransi glukosa lebih sedikit dan resistensi insulin yang lebih besar. Dalam jangka panjang hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko diabetes tipe 2.
- Ketiga, pelepasan hormon leptin akan menurun sebaliknya pelepasan hormon ghrelin akan meningkat. Hal ini dapat dikaitkan dengan peningkatan nafsu makan dan penambahan berat badan.
- Keempat, tubuh mengalami penurunan hormon pertumbuhan dan perawatan otot.
- Kelima, sistem kekebalan tubuh kita akan menurun sehingga meningkatkan resiko pembengkakan dan penurunan antibodi terhadap influenza dan penurunan resistensi terhadap infeksi.