Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Indonesia Kaya dengan Sumber Gas Alam, Mengapa Harga LPG Naik Terus? Apa Solusinya?

1 Januari 2022   11:00 Diperbarui: 1 Januari 2022   15:26 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan harga LPG vs LNG dalam USD/mmbtu, Sumber: data diolah, dokpri

Jadi masa transisi ini perlu agar masyarakat terbiasa menggunakan gas (elpiji) sebagai bahan bakar rumah tangga sebelum akhirnya berpindah ke gas alam yang lebih murah. Paling tidak saat ini hampir semua rumah tangga sudah menggunakan kompor gas dan hampir tidak ada lagi kompor minyak tanah.

Sampai disini mungkin pemerintah lupa kalau penggunaan elpiji ini hanya sebagai transisi ke penggunaan gas alam yang yang lebih murah harganya dan tidak perlu impor.

Kendala utama penggunaan gas alam adalah distribusinya. Pemerintah harus membangun jaringan perpipaan gas untuk menyalurkan gas ke rumah tangga (city gas).

Membangun infrastruktur seperti ini perlu biaya yang sangat besar oleh karena itu proyek ini seharusnya masuk ke dalam proyek strategis percepatan pembangunan infrastruktur yang digagas pemerintah saat ini.

Gas alam tidak bisa didistribusikan dalam tabung seperti elpiji karena untuk didistribusikan lewat tabung gas harus di-compress atau dicairkan menjadi LNG.

Bila di-compress (Compressed Natural Gas, CNG), tekanan yang dibutuhkan adalah 200-250 bar, sangat berbahaya digunakan dalam skala rumah tangga dan perlu alat khusus untuk menurunkan tekanan agar siap pakai. Sebagai perbandingan tekanan gas elpiji yang sekarang digunakan masyarakat "hanya" berkisar 2-2.5 bar.

Bila dicairkan lebih tidak mungkin lagi karena untuk mencairkan gas alam membutuhkan tekanan tinggi dan suhu minus 163 derajat celcius, jadi tidak mungkin dilakukan pada skala rumah tangga.

Jadi satu-satunya jalan ya harus membangun infrastruktur jaringan perpipaan gas untuk rumah tangga. Ini yang juga dilakukan di negara-negara maju dimana setiap rumah dapat terjangkau jaringan listrik, air dan gas.

Namun di Indonesia, selain wilayahnya yang sangat luas juga faktor "safety" harus menjadi perhatian serius karena di area perkotaan yang sangat padat bila terjadi kebocoran gas atau kebakaran akan sangat cepat meluas dan menimbulkan kerugian yang besar.

Selain itu perencanaan pembangunan yang tumpang tindih dan kurang koordinasi dengan baik juga akan berpotensi menimbulkan "accident" yang cukup fatal.

Namun kendala-kendala di atas semestinya tidak membuat kita mundur atau malah lupa dengan tujuan yang utama. Sudah waktunya masyarakat menggunakan sumber energi yang murah dan aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun