Pada era Menristek BJ Habibie yang saat itu memimpin proyek Mobil Nasional "Maleo" di tahun 1990-an kita sudah berada di jalur yang benar. Proyek Mobil Nasional yang diberi nama "Maleo" ini digagas pada tahun 1994, desain final dan purwarupa direncanakan selesai pada tahun 1997 dan diproduksi massal tahun 1998. Mobil ini menggunakan mesin dari pabrik mobil Australia (Orbital) sebagai partner kerjasama dalam proyek ini. Namun sayang proyek ini terhenti karena munculnya proyek mobnas Timor milik Tommy Suharto anak bungsu presiden Suharto pada tahun 1996, dan krisis moneter tahun 1998.
Proyek Mobnas lainnya selain "Maleo" kebanyakan hanya re-branding atau perakitan saja, dimana semua komponen (Completely Knock Down, CKD) di impor dari pabrik mobil luar negeri dan selanjutnya dirakit di dalam negeri dan diberi merek sendiri.
Contohnya Mobnas Timor merupakan re-branding dari mobil Kia Shepia yang aslinya diproduksi oleh Kia Motor (Korea). Bimantara bekerjasama dengan Hyundai Motor (Korea) dengan melaukan re-branding mobil Hyundai Accent.
Begitu pula dengan mobil Esemka yang digadang-gadang sebagai Mobnas Indonesia saat ini. Mobil Esemka merupakan re-branding dari mobil China yang bekerja sama dengan Esemka, yaitu Chery Automobile Co. dan Guandong Foday Automobile Co.
Ini artinya kita sudah mundur dibanding era 1990-awal, jamannya Pak Habibie. Bila pemerintah dan masyarakat Indonesia serius ingin mewujudkan Mobnas Indonesia yang sesungguhnya tentunya tidak akan puas hanya sekedar re-branding. Kita sudah tertinggal jauh dengan negara tetangga Malaysia dan Vietnam, dan mungkin sebentar lagi Thailand.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H