Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengapa Kita Semakin Terbiasa Mengerjakan Pekerjaan Kantor di Luar Jam Kerja?

19 November 2021   23:17 Diperbarui: 21 November 2021   18:00 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menelpon di luar jam kerja (Pexels.com/tinamiroshniche)

Malam itu, Budi sedang bersantai setelah makan malam bersama keluarga di rumah, tiba-tiba handphone-nya bergetar, rupanya ada pesan WA yang masuk dari kantor. 

Budi merupakan salah satu staff pabrik consumer goods yang beroperasi 3 shift yang menangani kebutuhan material untuk packaging produk.

Rupanya pesan tadi berasal dari grup WA yang dibuat untuk komunikasi antar bagian. Malam itu bagian produksi mencari karton packaging untuk produk tertentu yang sudah disiapkan oleh unit kerja Budi namun tidak menemukan.

Pesan di WA tadi dari karyawan bagian produksi menanyakan di mana packaging yang dibutuhkan disimpan atau disiapkan. 

Sebenarnya sebelum pulang Budi sudah berkomunikasi dengan shfit sebelumnya dan sudah menyiapkan semua kebutuhan untuk packaging.

Budi sudah membalas pesan di WAG, namun barang tetap belum ditemukan. Untungnya tidak lama kemudian salah satu anak buah Budi di bagian persiapan material packaging merespon pesan di WAG. Dengan penjelasan yang lebih terperinci akhirnya barang bisa ditemukan.

Apa yang dialami oleh Budi dan anak buahnya, juga banyak dialami oleh pekerja lainnya. Di masa pandemi sekarang ini kecenderungan untuk merespon urusan kerja di luar jam kantor semakin meningkat dan orang juga semakin terbiasa melakukannya meskipun tidak diminta oleh atasannya atau perusahaan.

Tren bekerja dari rumah atau WFH selama masa pandemi yang meningkat tajam telah menciptakan lingkungan di mana manajer dapat memanggil staf sepanjang waktu. Atau sebagian besar waktu kita gunakan untuk berkoordinasi dengan tim, menangani klien atau menegosiasikan transaksi.

Pada zaman digital ini, setiap orang terkungkung secara digital dan terhubung dengan pekerjaan pada pagi, siang dan malam. Selalu ada email masuk. Panggilan dan pesan terkait pekerjaan menyerbu alat komunikasi yang sama yang digunakan orang untuk bersosialisasi.

Teknologi komunikasi seluler telah mengaburkan batas antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi bagi banyak pekerja saat ini, sehingga pekerjaan mengikuti kita di rumah dan sering mengganggu kegiatan dan perhatian kita di luar jam kerja yang seharusnya. [1]

Individu menggunakan teknologi komunikasi seluler agar selalu terhubung dengan situasi pekerjaan di lingkungan non-kerja atau di luar kantor, meskipun perusahaan atau atasan tidak menuntut perilaku ini. 

Pada contoh kasus diatas, anak buah Budi sebenarnya tidak diminta oleh atasannya untuk selalu memonitor pesan di WAG setelah jam kantor.

Salah satu alasannya adalah pekerja menganggap penggunaan teknologi ini sebagai upaya mereka untuk meningkatkan kinerja mereka dalam rangka memenuhi tuntutan kerja maupun non-kerja pada batas tertentu.

Perilaku ini ternyata telah diteliti oleh Dr. Stevan E. Hobfoll pada tahun 1989. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa motivasi pekerja dalam memberikan lebih -dalam hal ini waktu- meskipun tidak diminta oleh perusahaan.

Hobfoll mengemukakan sebuah teori yang mendasari perilaku diatas sebagai teori Konservasi Sumber Daya (Conservation of Resources atau "COR").  Pada awalnya teori COR sebenarnya dikembangkan untuk mengetahui penyebab stres di kalangan pekerja. [2]

Pada prinsipnya COR adalah upaya perlindungan sumber daya agar tidak hilang. Ada dua prinsip dasar COR, prinsip pertama disebut Primacy of Resource Loss dan prinsip kedua dikenal sebagai Resource Investment.

Primacy of Resource Loss. Prinsip ini menyatakan bahwa lebih berbahaya bagi individu untuk kehilangan sumber daya dibandingkan ketika ada keuntungan tambahan dari sebuah sumber daya. 

Artinya adalah bahwa kehilangan gaji akan lebih berbahaya daripada keuntungan tambahan yang didapatkan, misalnya dengan tidak ada gangguan urusan kerja di luar jam kerja.

Resource Investment. Prinsip ini menyatakan bahwa orang akan cenderung menginvestasikan sumber daya untuk melindungi dari kehilangan sumber daya, untuk memulihkan dari kerugian, dan untuk mendapatkan sumber daya baru. 

Dalam hal ini bekerja di luar jam kerja merupakan investasi untuk karir ke depan dan untuk melindungi dari kehilangan pekerjaan.

Dalam konteks perilaku pekerja saat ini, mereka lebih baik menyediakan diri untuk kerja di luar jam kerja daripada kehilangan pekerjaan. 

Pada masa pademi ini mereka lebih takut akan resiko kehilangan pekerjaan karena mencari pekerjaan pada situasi seperti saat ini sangat sulit sekali.

Pada kasus di atas yang dimaksud dengan menginvestasikan sumber daya adalah memberikan lebih banyak waktu senggang mereka untuk terus melakukan kegiatan kerja dengan harapan kedepannya mereka akan mendapatakan sumber daya baru. Dalam hal ini bisa berupa peningkatan karir dan pendapatan di masa depan.

Selain itu, bekerja lebih lama atau mengerjakan urusan pekerjaan di luar jam kerja diterima sebagai kebajikan dalam nilai budaya di beberapa negara. Di Jepang atau Korea misalnya, kerja berlebihan adalah mata uang profesional yang penting dan itu bagus.

Pada perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia ada anggapan kalau kita bekerja lebih lama bahkan tetap bekerja di luar jam kerja maka kita akan dianggap karyawan yang loyal. Ini artinya peluang untuk naik jabatan atau dipromosikan oleh atasan semakin terbuka lebar.

Jadi bekerja keras dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengesankan atasan bahwa kita karyawan yang loyal dipandang sebagai nilai postif. Meskipun tujuan akhirnya adalah agar kita dipromosikan oleh atasan kita hal ini dianggap sebagai kebajikan dan sah-sah saja.

Dalam budaya kita, ada juga budaya ewuh pakewuh untuk menolak permintaan bos. Jika bos mengirim notifikasi pesan atau email setelah jam kerja, kita membalasnya. 

Jika ada panggilan telpun pukul enam pagi, kita tidak menolaknya. Jika kita harus bekerja lembur tanpa dibayar, kita lebih baik melakukannya daripada ribut.

Inilah fenomena yang sekarang ini banyak dialami oleh kebanyakan pekerja. Mereka selalu takut kehilangan pekerjaan atau bahwa seseorang akan melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada mereka. Ini juga diperkuat dengan narasi bahwa kita adalah pekerja keras dan kolaboratif.

Fleksibilitas untuk memenuhi tuntutan pekerjaan tertentu selama jam-jam di luar jam kerja pada titik tertentu dapat meningkatkan work-life balance. Namun terlalu  banyak waktu dan perhatian yang dicurahkan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan di luar jam kantor dapat berdampak buruk. [3]

Dalam organisasi saat ini banyak karyawan dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang tinggi karena komitmen global, meningkatnya persaingan, dan meningkatnya tekanan untuk memenuhi tenggat waktu. Ini dapat menyebabkan stres tinggi, kelelahan dan absensi.

Menurut penelitian yang dilakukan Richardson dan Thompson, ada manfaat positif yang terkait dengan waktu tidak terhubung dengan pekerjaan karena pada saat itulah waktunya sumber daya diisi kembali. [4]

Namun, karena teknologi seluler nirkabel memungkinkan akses kapan saja dan di mana saja ke tempat kerja terkait dengan tuntutan pekerjaan sehingga hampir tidak ada waktu pribadi untuk jeda dan mengisi sumber daya.

Beberapa studi telah dilakukan untuk menguji hubungan antara pengguna ponsel yang terus terhubung dengan pekerjaan dan keseimbangan kehidupan kerja. 

Studi ini menemukan bahwa penggunaan teknologi ini memiliki dampak negatif terhadap pengguna dan untuk itu perlu ditetapkan "perbatasan" antara domain kerja dengan domain rumah. [5]

Garis perbatasan ini perlu didefinisikan dengan jelas sehingga karyawan akan lebih efektif dalam berkomunikasi dalam kerangka domain kerja atau domain rumah, namun pada situasi tertentu tetap diperbolehkan untuk menggabungkan kedua domain tersebut terutama pada kondisi urgent atau keadaan darurat yang memerlukan penanganan secepatnya.

Berbagai studi dan penelitian yang menunjukkan pentingnya ditetapkan "perbatasan" antara domain kerja dengan domain rumah merupakan pertimbangan utama dari beberapa negara dalam menetapkan undang-undang yang  membatasi komunikasi di luar jam kerja.

Alasan yang dikemukan oleh negara-negara yang membatasi komunikasi di luar jam adalah untuk menghormati waktu istirahat para pekerja agar mereka punya waktu jeda untuk mengisi kembali sumber dayanya. 

Beberapa negara yang sudah melakukan pembatasan domain kerja dan domain rumah antara lain Portugal, Perancis, Spanyol, Jerman dan Korea Selatan.

Referensi :

[1] Chen, A. & Casterlla, G.I. (2018). After-Hours Work Connectivity: Technological Antecedents and Implications. IEEE Transaction on Profesional Communication, Vol. 00, No. 00, March 2019

[2] Hobfoll, S. E. (1989). Conservation of resources: A new attempt at conceptualizing stress. American Psychologist, 44(3), 513–524. https://doi.org/10.1037/0003-066X.44.3.513

[3] Davis, W. A. (2016). The use of Mobile communication technologies and its effect on work-life balance and organizational efficiency. School of Business and Technology, Capella University, 2016.

[4] Richardson, K. M., & Thompson, C. A. (2012). High tech tethers and work-family conflict: A conservation of resources approach. Engineering Management Research, 1(1), 29-43. 

[5] White, E. P. G. and Thatcher A. (2015). How Mobile Phones Affect the Sustainability of the Work/Life Balance of Their Users. Springer International Publishing Switzerland 2015

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun