Saat ini kita telah memasuki era revolusi industri keempat atau Industrial Revolution 4.0 yang biasa disingkat Industry 4.0. Era ini ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi digital. Beberapa sektor pekerjaan dan kebutuhan masyarakat mulai memasuki digitalisasi yang memanfaatkan Artificial Intelligence, Big Data, Robotics, Automation, Machine Learning, dan Internet of Things.
Masyarakat yang disebut super smart society ini memanfaatkan teknologi untuk mempermudah kehidupan, sehingga muncullah berbagai layanan masa depan (future services) untuk mengakomodasi kebutuhan ini.
Hal ini terus memicu semua orang untuk mengembangkan teknologi untuk pemanfaatan yang lebih baik dalam memfasilitasi kehidupan manusia. Ini juga menjadi tantangan bagi layanan teknologi informasi agar kebutuhan ini dapat segera dipenuhi dengan pemanfaatan teknologi tingkat tinggi.
Belakangan ini muncul istilah baru sebagai respon terhadap perkembangan Industry 4.0 yaitu Society 5.0. Ide ini untuk menyikapi terjadinya perubahan besar dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak dari perkembangan Industry 4.0. Konsep yang ingin dibawakan adalah bagaimana perubahan atau revolusi dalam kehidupan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi ini juga mempertimbangkan aspek manusia dan humaniora.
Society 5.0 digagas oleh negara Jepang. Konsep ini disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada bulan Maret 2017 di pameran komputer dan teknologi informasi terbesar di dunia, CeBIT, Hannover, Jerman. Namun secara resmi baru diumumkan pada 21 Januari 2019. Ide ini juga sebagai salah satu respon atas tantangan yang sedang dialami Jepang pada saat itu yaitu berkurangnya populasi sehingga jumlah penduduk/pekerja usia produktif berkurang.
Definisi dari Society 5.0 menurut versi resmi pemerintah Jepang  adalah "A  human-centered society that balances economic advancement with the resolution of social problems by a system that highly integrates cyberspace and physical space". Secara sederhana artinya adalah "Sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia, yang menyeimbangkan antara kemajuan ekonomi/teknologi dengan kehidupan sosial kemasyarakatan melalui sebuah sistem yang menyatukan antara ruang siber dengan ruang fisik".
Ide ini sangat menarik perhatian dunia, terutama para penggiat teknologi, karena didalamnya ada konsep yang baru yang dimunculkan. Pada umumnya, ketika kita mengembangkan teknologi sering kali kita luput mempertimbangkan aspek kemanusiaan. Sebagai contoh dengan maraknya e-commerce, financial technology, online  transportation, dan berbagai teknologi lainnya, kita belum terlalu menyadari akan efek samping dari kemajuan teknologi ini.
Sebagai contoh efek samping dari perkembangan teknologi digital diatas, masyarakat saat ini, khususnya generasi milenial, cenderung memiliki karakteristik menginginkan sesuatu dengan instan, cepat, serta praktis. Hal ini timbul karena munculnya sifat instant gratification (pemenuhan kebutuhan atau kepuasan secara sangat cepat) dari teknologi digital sehingga masyarakat sekarang cenderung tidak sabar dan ingin segala hal yang mereka mau terpenuhi dengan sesegara mungkin.Â
Contoh lain  adalah kemajuan teknologi komunikasi saat ini yang membuat masyarakat "mendekatkan yang jauh, namun menjauhkan yang dekat", ketergantungan terhadap gadget alih-alih terhadap orang lain, dan sifat antisosial yang cenderung semakin banyak terjadi.
Dari berbagai contoh efek samping kemajuan teknologi digital seperti di atas, muncul sebuah ide dari Jepang untuk menyeimbangkan dua hal yang sama-sama penting, yaitu perkembangan teknologi serta dampak permasalahan sosial yang timbul. Hal ini yang ingin diselesaikan melalui gagasan konsep kemasyarakatan yang dinamakan Society 5.0 ini.
Society 5.0 merupakan tonggak baru dalam rangkaian perubahan besar dalam kehidupan masyarakat yang dimulai ketika masayarakat masih berburu dan mencari bahan makanan untuk melangsungkan kehidupannya. Sistim kehidupan masyarakat Ini disebut sebagai Society 1.0.
Ketika bahan makanan semakin jarang dan sulit didapatkan langsung dari alam, maka masyarakat mulai berubah dan mulai masuk ke ranah pertanian dan peternakan. Mereka mulai memiliki persawahan dan perkebunan, dan mulai tinggal menetap dari sebelumnya nomaden. Â Perubahan ini ditandai sebagai Society 2.0.
Dengan ditemukannya mesin uap yang menandai era revolusi industri pertama, dan dilanjutkan dengan ditemukannya berbagai mesin dan peralatan industri, termasuk mobil, masyarakat semakin mobile dan membuka banyak peluang pekerjaan baru. Inilah era Society 3.0.
Perubahan besar dalam kehidupan masyarakat dilanjutkan kembali dengan ditemukannya listrik, Â komputer, internet, pesawat, dan berbagai penemuan lainnya, membawa masyarakat menuju era informasi. Pada era ini, dunia seakan terhubung dengan sangat cepat sehingga tidak ada lagi batasan demografis, terutama dalam berkomunikasi. Perubahan kehidupan sosial kemasyarakatan pada era ini dikenal sebagai Society 4.0.
Akhirnya sekarang ini pada puncak perkembangan teknologi mulai membawa masyarakat menuju Society 5.0. Perubahan ini didorong oleh revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan Artificial Intelligence, Robotics, Automation, Big Data, dan Internet of Things.
Society 5.0 ini menyelaraskan dan mengintegrasikan antara physical space (dunia nyata di mana manusia berada) dengan cyberspace (dunia maya di mana informasi disimpan dengan memanfaatkan teknologi).
Prinsip dasar Society 5.0 adalah keseimbangan antara perkembangan ekonomi dengan penanganan dampak permasalahan sosial yang terjadi. Perkembangan ekonomi meliputi kebutuhan energi, kebutuhan pangan, pemerataan kesejahteraan, dan lain-lain. Dampak permasalahan sosial yang terjadi antara lain industrialisasi yang mengurangi lapangan pekerjaan, kualitas sumber daya manusia, lingkungan sekitar, dan sebagainya.
Keseimbangan dan keselarasan ini juga berkaitan dengan Sustainable Development Goals atau tujuan pembangunan yang berkelanjutan, yang mana sekarang ini sedang menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat global.
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi setinggi apapun pada akhirnya harus mempertimbangkan hal yang paling penting dan mendasar, yaitu keberlanjutan kehidupan manusia itu sendiri.
Oleh karena itu dampak kemajuan teknologi yang akan "merusak" keberlanjutan kehidupan manusia harus diantisipasi, dicari jalan keluarnya dan dicegah agar jangan sampai menurunkan kualitas hidup manusia baik sekarang ataupun di masa depan.
Hal inilah yang menjadi kepedulian pemerintah negara Jepang untuk menginisiasi konsep Soicety 5.0. Jepang sebagai salah satu negara paling maju dan moderen di dunia namun dilain sisi juga sangat menjunjung tinggi warisan budaya dan tradisi leluhur. Mereka juga masih mempraktekan adat istiadat dan norma-norma masyarakat yang merupakan salah satu aspek humaniora yang harus dilestarikan dalam pembangunan manusia yang berkelanjutan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H