Pencitraan biasanya berkonotasi negatif, sering di salah artikan sebagai bersandiwara, ada udang di balik batu dan berbagai stigma negatif lainnya.
Pencitraan sebenarnya adalah menunjukkan citra diri kita kepada orang lain, tidak berbeda dengan personal branding atau marketing yourself. Contoh pencitraan yang positif misalnya, "Kapolri berusaha membangun citra polisi yang positif di mata masyarakat".
Namun demikian secara umum persepsi yang berkembang di masyarakat, pencitraan berkonotasi negatif sedangkan personal branding berkonotasi positif.
Perbedaaan secara sederhana ini merupakan persepsi masyarakat agar lebih mudah memilah dan mengkategorikan informasi yang diterima.
Benarkah "pencitraan" dalam dunia kerja dapat melejitkan karir dan menjadi batu loncatan dalam meraih posisi tertinggi di perusahaan atau organisasi?
Dalam sistem penilaian kinerja di perusahaan biasanya dilakukan secara formal dan informal. Penilaian formal umumnya bersifat kuantitatif, yang artinya bisa di konversikan menjadi angka atau skor. Sedangkan yang informal bersifat kualitatif dan subyektif.
Contoh penilaian secara formal misalnya pencapaian target KPI (Key Performance Indicator), balance score card dan sejenisnya yang pencapaiannya bisa dihitung dengan angka atau skor.
Penilaian secara informal biasanya bersifat kualitatif dan berkaitan dengan sikap kerja, contohnya keaktifan, inisiatif, kerjasama, semangat dan tanggung jawab.
Penilaian yang bersifat kualitatif ini biasanya dipengaruhi oleh subyektifitas orang yang menilai dan yang dinilai.
Selain kedua jenis penilaian di atas masih ada satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap penilaian kinerja karyawan yaitu "impression" atau kesan terhadap perilaku karyawan itu sendiri.
Impression atau kesan ini biasanya didapatkan dari pengamatan sesaat yang tidak disengaja namun dampaknya menetap dalam waktu yang lama.