Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Sumpah Pemuda: Siapa Sebenarnya "Generasi Tumpuan Bangsa"?

30 Oktober 2021   08:10 Diperbarui: 30 Oktober 2021   08:36 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Sapu Angin ITS sebagai juara kontes mobil hemat energi Dunia, sumber: its.ac.id

Dari organisasi PI lahir banyak nama-nama besar seperti Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara), Dr. Soetomo, Mohammad Hatta dan masih banyak lagi.

Sebagian besar dari mereka adalah tokoh-tokoh yang membidani kelahiran Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tergabung dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Setelah kemerdekaan Indonesia dan terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI mulai mengirim pemuda-pemudi terbaik Indonesia untuk kuliah di luar negeri.

Pada periode 1953-1965, ratusan mahasiswa Indonesai dikirim ke berbagai universitas di Jepang sebagai bagian dari Beasiswa Pampasan Perang Dunia yang dananya berasal dari Pemerintah Jepang.

Selain itu pada periode yang hampir sama antara tahun 1960 hingga 1965, pemerintah mengirimkan ratusan mahasiswa ke negara Blok Timur seperti Rusia, Ceko, dan negara lainnya. Mereka termasuk dalam kelompok Mahasiswa Ikatan Dinas (Mahid) yang menerima Beasiswa Mahid.

Pada masa itu Bung Karno sebagai Presiden Indonesia bercita-cita agar generasi muda dapat membangun negara dengan kekuatan sendiri dengan semboyan Berdikari atau Berdiri di atas kaki sendiri.

Indonesia sebagai negara yang kaya dengan sumber minyak dan bahan tambang ingin semua itu dikelola oleh putra putri terbaik bangsa Indonesia. Oleh karena itu presiden Soekarno tidak mau memberikan ijin pengelolan kekayaan alam Indonesia kepada negara lain.

Namun sayangnya cita-cita itu tidak bisa terwujud. Perubahan peta politik ditanah air saat itu membuat putra putri terbaik bangsa ini banyak yang tidak bisa kembali ke tanah air. Telah hilang salah satu generasi tumpuan bangsa.

Ada keprihatinan pada masa itu karena banyak mahasiswa yang kewarganegaraannya dicabut karena berbagai alasan misalnya mendukung pemerintahan Soekarno, tidak mau kembali ke Indonesia untuk bekerja, atau alasan lain. Akhirnya ratusan alumni penerima beasiswa Mahid ini banyak yang sudah menjadi WNA, tinggal menetap dan bekerja di berbagai negara.

Selanjutnya pada masa pemerintahan orde baru, hubungan pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat sangat baik. Pemerintah Amerika Serikat menyediakan banyak beasiswa untuk putra putri terbaik Indonesia melalui beasiswa yaitu Beasiswa Ford Foundation. Beberapa pemuda yang menerima beasiswa ini menjadi tokoh di pemerintahan order baru antara lain: Emil Salim, Ali Wardhana, JB Soemarlin dan Dorodjatun Kuntoro Jakti.

Pada periode selanjutnya antara tahun 1982-1996 pada waktu B.J. Habibie menjabat Menteri Riset dan Teknologi, pemerintah Indonesia banyak mengirim putra putri terbaiknya ke luar negeri untuk mendukung era industrialisasi di Indonesia. Mereka mendapatkan beasiswa untuk belajar di berbagai negara antara lain Jerman, USA, Perancis,  Inggris, Belanda, Australia, Jepang, Kanada, dan Austria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun