Semangat anak muda yang tinggi ini mendapat dukungan dari Pak Jokowi pada saat menjabat sebagai Walikota Solo periode 2005-2012 dan terus berlanjut sampai pak Jokowi jadi Presiden.
Dengan dukungan dan kerjasama dari berbagai institusi dalam negeri dan beberapa perusahaan lokal dan nasional akhirnya didirikan Perusahaan Mobil Nasional Esemka yang diresmikan Presiden Jokowi pada tahun 2019.
Tidak berbeda jauh dari para pendahulunya, pada awal produksinya mobil Esemka merupakan re-branding dari mobil China yang bekerja sama dengan Esemka, yaitu Chery Automobile Co. dan Guandong Foday Automobile Co.
Menilik perjalanan Mobnas dari tahun 1975 sampai saat ini, jujur saja tidak ada kemajuan yang berarti. Selama 45 tahun lebih industri mobil Nasional hanya berkutat pada perakitan dan re-branding. Bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia (Proton) dan Vietnam (VinFast) kita bahkan semakin jauh tertinggal.
Apa yang salah dengan Industri Mobil Nasional kita ? Kenapa selama 45 tahun lebih industri ini dibangun namun sampai saat ini masih jalan ditempat ?
Industri mobil bukan hanya sekedar perusahaan tunggal yang memproduksi mobil mulai dari awal pembuatan komponen sampai perakitan. Ada ekosistem industri yang mendukung sebuah pabrik mobil yang mensuplai komponen-komponen yang dibutuhkan yang jumlahnya ratusan pabrik.
Sebagai contoh, untuk membuat sebuah mobil di pabrik mobil Toyota, dibutuhkan 2,000 - 3,000 komponen. Untuk menyediakan komponen sebanyak itu dibutuhkan supplier utama sebanyak 140 perusahaan.Â
Dibawah supplier utama masih ada sub-sub supplier (ring 2 dan ring 3) yang jumlahnya 2-3 kali lipat. Sehingga total ada sekitar 500-an perusahaan yang mendukung pembuatan sebuah mobil.
Bisa dibayangkan betapa kompleksnya untuk menyatukan ratusan perusahaan tersebut kedalam sistem produksi Toyota sebagai satu rantai pasokan (Supply Chain Magement).Â
Terlebih lagi di dalam Toyota Production System dikenal dengan istilah "just in time", artinya tidak boleh ada stock, semua bagian harus mengalir seirama proses produksi di jalur perakitan utama.Â
Dengan demikian bila salah satu pemasok mengalami masalah maka akan berpengaruh kepada keseluruhan proses dan dampaknya juga berpengaruh ke pemasok lain selain tentu saja kepada pelanggan akhir.