Beberapa hari menjelang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Garuda Indonesia Tbk. yang dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Agustus 2021, dua dari lima Komisaris Garuda menyatakan keinginannya secara pribadi untuk mundur dari jabatan Komisaris.
Yang pertama adalah Peter F. Gontha selaku komisaris yang mewakili pemegang saham publik yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pengusaha Nasional Chaerul Tanjung, pada hari Senin 9 Agustus 2021, beliau menyatakan keinginananya untuk untuk berhenti dari posisinya sebagai Komisaris Garuda karena  merasa "tidak ada peran" dan "sudah tidak ada gunanya lagi berada pada posisi tersebut."
Kedua adalah Yenny Wahid, putri dari mantan Presiden RI Gus Dur, pada tanggal 13 Agustus yang lalu resmi mengundurkan diri jabatan Komisaris Independen dengan alasan ingin membantu perusahaan dalam mengurangi biaya sehingga secara finansial lebih efisien.Â
Tugas dari Dewan Komisaris adalah mengawasi Direksi dalam menjalankan kegiatan perusahaan serta memberikan nasihat kepada Direksi, selain itu juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Kerja Tahunan, Rencana Jangka Panjang dan Anggaran Perusahaan.Â
Komisaris pada dasarnya adalah perpanjangan tangan atau wakil dari pemegang saham dalam organisasi perusahaan karena mereka diangkat dan diberhentikan melalui RUPS.Â
Namun dalam banyak hal  jabatan komisaris yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pemegang saham utama merupakan jabatan politis atau balas budi sehingga bisa jadi ada dari antara mereka kurang sesuai dengan latar belakangnya.
Kondisi PT Garuda Indonesia (persero) Tbk., saat ini sangat sulit karena merupakan bisnis yang paling terdampak dengan adanya pandemi covid-19, dan bukan hanya Garuda saja yang mengalami situasi sulit, maskapai penerbangan lain baik milik swasta atau pemerintah mengalami hal yang sama.Â
Berdasarkan laporan keuangan PT Garuda Indonesia (persero) Tbk terbaru, per 31 Maret 2021, ekuitas perusahaan tercatas sebesar minus $2.3 miliar, membengkak dibanding tri-wulan sebelumnya, per 31 Desember 2020 sebesar minus $1.9 miliar.Â
Ini artinya bila seluruh asset perusahaan dijual masih belum cukup untuk membayar semua kewajiban perusahaan, masih kurang sekitar $2.3 miliar atau sekitar 32 triliun rupiah.Â
Kondisi perusahaan kedepan semakin tidak menentu sementara defisit ekuitas terus membengkak dan ini menjadi tugas dari Direksi dan Komisaris untuk menentukan strategi kedepannya agar perusahaan dapat bangkit dari kondisi defisit ini.
Jadi bisa dimaklumi alasan Peter F. Gontha dan Yenny Wahid dengan kesadaran pribadi minta mundur dari jabatan komisaris Garuda saat ini. Pertama untuk mengurangi beban biaya perusahaan dan perampingan organisasi.Â