Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Money

Polygon, Pabrik Sepeda Lokal dengan Kualitas Dunia yang Sukses Ekspor ke AS dan 33 Negara di Seluruh Dunia

14 Agustus 2021   20:49 Diperbarui: 14 Agustus 2021   20:57 1983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak banyak Industri manufaktur lokal dengan teknologi terkini yang mampu berkompetisi di pasar Internasional. Industri manufaktur dengan teknologi terkini selama ini didominasi oleh negara-negara maju, kalaupun mereka membangun pabrik di Indonesia, biasanya tidak lebih dari sekedar "tukang jahit" saja, desain dan pengembangan ada di negara asalnya, bahkan tidak jarang hanya sebagai pabrik perakitan saja. 

Namun ditengah kondisi seperti itu, PT Insera Sena sebagai produsen sepeda Polygon mampu membuktikan diri sebagai salah satu dari sedikit perusahaan manufaktur lokal mampu berdiri sejajar dengan perusahaan manufaktur papan atas dunia.

Sejak awal berdirinya pada tahun 1989, PT Insera Sena konsisten dengan strateginya untuk masuk ke pasar sepeda premium dengan kualitas dunia, sesuai dengan strategi generik Porter, strategi yang diambil adalah "deferensiasi" dimana keunggulan kompetitif perusahaan berasal dari nilai tambah yang ditawarkan oleh perusahaan. 

Industri manufaktur dengan kualitasi tinggi selama ini identik dengan Industri negara maju seperi Jerman, Amerika Serikat dan lainnya. Untuk masuk ke persaingan di pasar produk manufaktur kualitas tinggi tentu diperlukan skill dan mesin-mesin berteknologi tinggi karena pesaing dari negara industri maju pasti selangkah lebih maju dalam pengembangan teknologi manufaktur. 

Tidak mudah untuk masuk ke pasar tersebut apalagi untuk bersaing langsung produk berteknologi tinggi dari negara maju, namun PT Insera Sena telah memutuskan untuk masuk ke pasar tersebut karena melihat peluang yang selama ini dihindari oleh pemain lokal dan mereka yakin bahwa sebenarnya karya anak bangsa berpotensi untuk mengungguli pesaing dari negara-negara maju asal dikelola dengan baik.

Untuk bisa masuk ke pasar internaisonal, sejak awal berdirinya sampai sekitar lima tahun berikutnya perusahaan berfokus untuk mencari dan menerima order dari perusahaan sepeda papan atas dunia seperti Raleigh, Scott, Miyata, Kona, Muddy Fox dan lainnya. Fase ini adalah fase pembelajaran atau fase pertumbuhan dari Kurva-S dalam perjalanan perusahaan. 

Pada fase ini perusahaan berusaha menyerap sebanyak-banyaknya skill, know-how dan knowledge dengan menjadi "tukang jahit" merek kelas dunia, ini juga meningkatkan percaya diri dan keyakinan akan kualitas manufaktur yang dihasilkan oleh PT Insera Sena. Setelah memiliki ketrampilan dan kemampuan manufaktur kelas dunia, pada tahun 1994 perusahaan mulai masuk dalam pasar sepeda internasional dengan merek sendiri yaitu Polygon. 

Pada awal masuk ke pasar sepeda dengan merek sendiri target penjualan adalah 80% ekspor dan 20% domestik, perusahaan berfokus ke pasar ekspor karena sesuai dengan visinya untuk "go international" dengan pengalaman dan kemampuan yang dimilikinya, selain itu karena harga produk mereka cukup mahal untuk ukuran pasar domestik. 

Dalam perjalanannya setelah merek Polygon cukup dikenal di masyarakat Indonesia dan permintaan domestik menguat maka target penjualan bisa disesuaikan menjadi 50:50 untuk pasar domestik dan internasional. 

Kapasitas produksi juga mengalami peningkatan dari awalnya puluhan ribu pertahun, meningkat menjadi 360 ribu per tahun pada tahun 2008 dan sejak tahun 2020 kapasitas produksi telah mencapai 700 ribu unit per tahun. Saat ini sepeda Polygon telah dipasarkan ke 33 negara, yang terdistribusi di 500 gerai yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Sebagai produsen sepeda lokal kualitas dunia, Polygon berpijak pada empat pilar utama: technology, quality, craftmanship, dan support. Dan setiap produk yang dihasilkan berpegang pada tiga aspek: inovatif, otentik, dan berkualitas. Seluruh proses produksi sepeda Polygon mulai dari desain, manufaktur, pemasaran, pengembangan dan penelitian semua dikerjakan sendiri oleh SDM perusahaan.  Beberapa Inovasi teknologi dan perhargaaan yang telah dicapai oleh perusahaan antara lain :

  • Tahun 2008 mendapatkan penghargaan Grand Award dalam kategori Indonesian Good Design Selection dari presiden RI Susilo Bambang Yudoyono.
  • Tahun 2012 menciptakan teknologi Floating Suspension System yang diakui sebagai inovasi teknologi yang otentik pada World of MTB di Jerman.
  • Tahun 2017 dan 2018 berturut-turut menciptakan inovasi desain suspensi terbaru seri Xquarone EX dan pedal electric cycle seri Pedelec.

Sebagai perusahaan yang keunggulannya berasal dari nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan, Polygon harus terus menerus melakukan inovasi dan menciptakan kebutuhan baru bagi konsumen sesuai dengan tag-line perusahaan bahwa sepeda dibuat sebagai produk gaya hidup, bukan sekadar alat transportasi.

Menurut catatan Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI), total permintaan sepeda di pasar domestik mencapai kurang lebih 8 juta unit di tahun 2020. Sekitar 3 juta - 3,5 juta unit di antaranya dipenuhi oleh sepeda hasil produksi dalam negeri, sedangkan sisanya dipasok oleh sepeda impor. 

Data ini cukup mengejutkan karena sebagian besar sepeda yang ada di Indonesia masih dipasok dari impor, namun dilain pihak, hal yang sangat membanggakan adalah masih ada pabrik sepeda lokal yang mampu melakukan ekspor ke 33 negara dengan kualitas tinggi, sejajar dengan pabrik sepeda papan atas dunia. 

Seandainya perusahaan-perusahaan manufaktur lain dapat meniru strategi yang dilakukan Polygon untuk masuk ke pasar dunia dengan menguasai teknologi manufaktur terkini maka kita tidak akan tergantung lagi dari produk impor atau setidaknya neraca perdagangan produk manufaktur tidak defisit besar seperti saat ini. Semoga kedepan akan lebih banyak lagi perusahaan yang seperti PT Insera Sena di Indonesia. Merdeka... !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun