Dikarenakan pengalaman penulis hanya berlatarbelakang sebagai praktisi selama puluhan tahun di ranah pelabuhan maka tulisan di bawah ini lebih banyak menganalisa ukuran sebuah negara maju berdasarkan kegiatan bongkar muat di pelabuhan.
Penulis berpendapat bahwa lintas perdagangan baik itu secara internasional maupun domestik masih menggunakan angkutan kapal laut ketimbang pesawat udara. Hal ini disebabkan rasio biaya angkutan per container dan atau per metric ton masih lebih murah menggunakan angkutan kapal laut dibandingkan dengan menggunakan pesawat udara.
Oleh sebab itu, kapal laut yang mengangkut barang untuk kebutuhan perdagangan tersebut pasti akan bersandar di pelabuhan laut dan akhirnya data-data yang berkenaan dengan volume bongkar muat di pelabuhan dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kegiatan ekonomi sebuah negara. Dan semakin maju sebuah negara akan terlihat volume bongkar muatnya semakin naik dari tahun ke tahun.Â
Artinya: ada kegiatan ekonomi antara pembeli dan penjual; baik itu secara internasional maupun secara domestik antar pulau di lintas wilayah propinsi seluruh Indonesia.
Menanggapi Amerika Serikat mengeluarkan Indonesia dari Daftar Negara Berkembang itu dilihat dari sudut pandang kegiatan bongkar muat pelabuhan di Indonesia sendiri kiranya dapat mengungkapkan berbagai maksud tersembunyi yang tidak terlihat, sehingga para pihak lainnya yang mempunyai keahlian di bidang ekonomi dapat membuat sanggahan yang lebih aktual mengenai indikator sebuah negara yang maju.
Untuk menganalisa ungkapan di atas maka diperlukan data-data yang valid yang diperoleh dari instansi pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Perhubungan dan juga data-data yang dapat diambil dari salah satu negara di Asean yang sudah jelas memang katagori negara maju, yaitu: Singapura.
Sumber data di atas menunjukan bahwa Singapura mengolah kunjungan kapal selama tahun 2019 adalah 130.000 kapal, sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta sebagai pelabuhan terbesar di Indonesia hanya sebanyak 13.882 kapal saja, atau sekitar 11% dari jumlah kapal kunjungan Singapura.Â