Mandela merupakan presiden pertama yang berasal dari kulit hitam.
Saat menjabat sebagai presiden, Mandela tetap bersahaja. Tidak bergelimangan harta dan memfokuskan pada peningkatan kesejahteraan warga Afsel melalui upaya pemberantasan kemiskinan, reformasi lahan, peningkatan pelayanan kesehatan, dan membentuk komisi kebenaran dan rekonsiliasi untuk mendamaikan masa lalu warga Afsel terkait persoalan HAM.
Berbagai ajaran Mandela-pun menginpirasi negara-negara Afrika lainnya.
Mereka menganggap Mandela merupakan sosok bersahaja yang mampu melakukan lompatan imajiner kepada jutaan warga Afrika yang ketika itu dinilai terbelakang.
Pemikiran Mandela menyebar hingga dunia mengganjarnya sebagai "Tokoh Perdamaiaan" dunia.
Dalam dunia politik, keluwesan dan kepiawaiaannya merangkul kawan dan lawan merupakan contoh yang patut diapresiasi.
Bahkan, Mandela tak mendendam kepada lawan-lawan politik yang jelas-jelas telah memenjarakan dirinya di masa lalu.
Mandela memilih merangkul musuh-musuhnya dan mengajak mereka bekerjasama membangun Afsel.
Pemikirannya itulah yang lantas menjadikan Mandela sosok negarawan yang membuatnya dijuluki "Bapak Bangsa".
Setelah 5 tahun berkuasa sebagai presiden (1994-1999) Mandela menolak untuk dicalonkan kembali sebagai presiden Afrika Selatan.
Walaupun pada masa itu, ketokohan Mandela tak tertandingi oleh lawan maupun sekutu politiknya.
Sikap kenegarawanan Mandela lantas dipuji bukan saja oleh warga Afsel, tapi mendapat simpatik warga Dunia hingga kemudian Mandela tak lagi muncul pasca penyakit yang dideritanya sejak tahun 2004 silam.