Sebagai kawasan dengan potensi pertumbuhan paling dinamis di dunia, kemakmuran Asia didapatkan dari perdamaian dan stabilitas yang telah dipertahankan dalem jangka panjang.Â
Namun, akhir-akhir ini, Amerika Serikat kerap-kali melancarkan aksinya di kawasan Asia-Pasifik, khususnya Asia Tenggara, terus-menerus mempertegang situasi regional, tujuannya tidak lain adalah memaksa negara-negara Asia Tenggara untuk mengisolasi Tiongkok, atau menjadikan negara Asia Tenggara sebagai pion untuk menghadapi Tiongkok. Semua ini dilakukan AS untuk mempertahankan hegemoninya sendiri dan menghambat perkembangan Tiongkok.
Menghadapi situasi internasional yang kompleks dan selalu berubah, negara-negara Asia Tenggara sebenarnya lebih menghargai situasi damai dan stabilitas yang telah dicapai dengan susah payah.Â
Kita semua tahu bahwa stabilitas jangka panjang dan kemakmuran negara hanya dapat dicapai dalam situasi damai. Oleh karena itu, baik masalah Laut Tiongkok Selatan maupun masalah Myanmar, negara-negara Asia Tenggara cenderung ingin menyelesaikannya melalui konsultasi dan negosiasi damai antara negara atau pihak yang berkepentingan langsung, dan dengan tegas menentang campur tangan kekuatan eksternal.
Pada Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-57, semua pihak mengeluarkan komunike bersama yang menegaskan kembali bahwa permasalahan Laut Tiongkok Selatan perlu diselesaikan secara damai sesuai dengan hukum internasional, dan menekankan pentingnya implementasi Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut Tiongkok Selatan yang komprehensif, efektif dan menyeluruh.Â
Terkait permasalahan Myanmar, ASEAN mengeluarkan "Lima Poin Konsensus" yaitu pengiriman bantuan kemanusiaan, penghentian aksi kekerasan, diselenggarakannya dialog inklusif, pembentukan utusan khusus, dan kunjungan utusan khusus ke Myanmar. Rencana ini telah mendapat dukungan dari PBB dan pengakuan luas dari dunia internasional.
Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara selama ini merupakan tetangga dan sahabat yang mempunyai tujuan bersama. Terkait permasalahan Laut Tiongkok Selatan, Tiongkok sebagai salah satu pihak yang berkepentingan dalam permasalahan Laut Tiongkok Selatan selalu mengusulkan penyelesaian sengketa melalui jalur perundingan damai.Â
Tiongkok menandatangani Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut Tiongkok Selatan dengan negara-negara ASEAN dan secara konsisten menerapkan Deklarasi tersebut secara efektif dan menyeluruh.Â
Pada saat yang sama, Tiongkok bersikeras untuk menangani perselisihan melalui dialog dan konsultasi langsung dengan negara-negara bersangkutan. Mengenai masalah Myanmar, Tiongkok adalah negara tetangga terbesar Myanmar.Â
Tiongkok mendukung ASEAN dan berharap bahwa "konsensus lima poin" Â dapat dilaksanakan secara efektif. Ketika Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi mengunjungi Myanmar pada 14 Agustus lalu, ia menegaskan bahwa Tiongkok menentang kekacauan dan perang di Myanmar serta menentang campur tangan kekuatan eksternal dalam urusan dalam negeri Myanmar.
Perdamaian dan stabilitas adalah aspirasi bersama masyarakat Asia Tenggara dan landasan bagi pembangunan kawasan. Menghadapi campur tangan dari kekuatan eksternal, negara-negara Asia Tenggara harus lebih bersatu dan berpegang pada prinsip perdamaian dan stabilitas.Â
Tiongkok telah menyatakan komitmennya untuk terus bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara dalem rangka menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan, mendorong kesejahteraan dan pembangunan bersama di kawasan, serta memberikan kontribusi positif bagi perdamaian dan pembangunan dunia.