renang dengan meraih medali emas di nomor 100 meter gaya bebas putra Olimpiade Paris 2024, sekaligus memecahkan rekor dunia yang sebelumnya juga dipegang dirinya sendiri.Â
Perenang Tiongkok Pan Zhanle membuat gempar duniaSementara itu, pada final 4 x 100m estafet gaya ganti beregu, tim renang Tiongkok yang terdiri dari Xu Jiayu, Qin Haiyang, Sun Jiajun dan Pan Zhanle juga berhasil meraih medali emas dengan mengalahkan tim renang Amerika, yang merupakan juara bertahan dan pemegang rekor dunia.Â
Ini adalah medali emas pertama yang diraih tim renang Tiongkok pada nomor estafet renang putra, juga mematahkan monopoli tim renang Amerika di nomor tersebut yang sudah berlangsung selama 40 tahun.
Terkait performa luar biasa tim renang Tiongkok, beberapa media Barat meresponnya dengan sikap skeptis. Sebelum Olimpiade Paris dibuka, beberapa media mulai membesar-besarkan apa yang disebut "kontroversi doping tim renang Tiongkok".Â
Meskipun Badan Anti-Doping Dunia telah melakukan banyak sekali klarifikasi dan mengkritik beberapa media Eropa dan Amerika karena mempolitisasi kasus anti-doping, sejumlah media Barat tetap saja mencurigai atlet Tiongkok menggunakan "cara khusus" untuk menang.Â
Ironisnya, ketika tim renang Tiongkok memenangkan pertandingan, media terkait bungkam dan tidak pernah mengungkit banyaknya tes doping yang dijalani atlet Tiongkok tahun ini. Hal ini jelas bertentangan dengan prinsip pemberitaan objektif yang biasa dipromosikan media Barat.
Di balik kecurigaan yang tidak berdasar ini, terdapat diskriminasi rasial dan supremasi kulit putih yang telah mendarah daging di masyarakat Barat. Pada nomor olahraga yang didominasi negara-negara Barat, atlet kulit putih selalu menjadi protagonis. Ketika atlet kulit putih seperti Phelps meraih banyak medali emas, hanya sedikit yang mempertanyakan kehebatan mereka.Â
Namun, ketika para atlet Asia, khususnya perenang Tiongkok, berdiri di podium tertinggi, media-media tersebut kerap memilih mempertanyakan atau bahkan mengabaikan latihan keras yang dijalani para atlet Tiongkok selama puluhan tahun.Â
Barat mencoba menggunakan kendali mereka atas media untuk menyangkal kerja keras para atlet. Mereka menggunakan platform dengan pengaruh publik yang besar seperti Olimpiade untuk mendiskreditkan citra tim renang Tiongkok, sehingga melemahkan pengaruh internasional Tiongkok yang semakin positif dalam beberapa tahun terakhir.
Orang kuat tidak pernah takut dengan keadaan. Kolam renang dangkal di Paris diejek sebagai "kolam lambat". Kedalaman kolam renang Olimpiade ini hanya 2,15 meter, lebih dangkal 85 sentimeter dari kolam sedalam 3 meter yang direkomendasikan oleh Federasi Renang Dunia.Â
Karena kedalamannya lebih rendah, airnya lebih bergolak saat atlet berenang. Semakin banyak turbulensi berarti semakin banyak hambatan dan gesekan. Pan Zhanle berkata setelah pertandingan: "Hanya mereka yang berenang dengan lambat yang akan merasakan gejolak air, tetapi mereka yang kuat tidak akan terpengaruh."Â
Kemenangan yang diraih Pan Zhanle dan tim renang Tiongkok membuktikan kepada dunia bahwa dalam arena yang adil , warna kulit dan kewarganegaraan tidak seharusnya dijadikan kriteria penilaian, kompetensi berulah merupakan kunci kemenangan atau kekalahan.
Terkadang, rumor dan fitnah tidak perlu diklarifikasi. Dalam arena pertarungan, perenang Tiongkok telah menggunakan kekuatan mereka untuk menyangkal prasangka dan keraguan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H