Di tengah beratnya tantangan perubahan iklim global, percepatan pembangunan yang ramah lingkungan dan rendah karbon telah menjadi kesepakatan umum komunitas internasional. Sebagai model pembangunan yang baru, dunia belum memiliki referensi terkait pembangunan ramah lingkungan. Namun, ada beberapa negara yang cukup berhasil dalam pembangunan ramah lingkungan, salah satunya adalah Tiongkok. Tiongkok percaya bahwa "air yang jernih dan pegunungan yang subur adalah aset yang tak ternilai", hal inilah yang menjadi dasar Tiongkok dalam mengimplementasikan pembangunan hijau. Konsep itu berkomitmen mendorong pembangunan ekonomi dan sosial bertransformasi menjadi pembangunan hijau, sehingga terbentuk hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Upaya modernisasi Tiongkok telah menciptakan keajaiban baik dalam hal ekologi dan maupun pembangunan hijau, sehingga menarik perhatian dunia.
Sebagai salah satu sumber energi baru yang paling bersih dan ramah lingkungan di dunia saat ini, pembangkit listrik fotovoltaik telah menjadi yang terdepan dalam revolusi hijau di bidang energi. Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah menjadi nomor satu dalam hal  kapasitas terpasang fotovoltaik, banyak  terobosan baru yang dicapai dalam penerapan dan inovasi teknologi fotovoltaik, yang akhirnya tercipta sebiuah model pengembangan terintegrasi  yang unik yaitu "Fotovoltaik +".
Di Taman Pembangkit Listrik Fotovoltaik Dalat Banner di Kota Ordos, Daerah Otonomi Mongolia Dalam, panel fotovoltaik raksasa tersusun rapi, menciptakan pemandangan yang kontras dengan vegetasi hijau di bawahnya. Taman Pembangkit Listrik Fotovoltaik Dalat Banner  mengintegrasikan pembangkit listrik fotovoltaik dengan pengelolaan ekologi, pertanian organik, aforestasi, wisata gurun pasir, dan industri lainnya, inilah yang disebut sebagai model "Fotovoltaik+". Model ini sepenuhnya memanfaatkan sumber daya lahan dan energi cahaya  matahari yang berlimpah di Gurun Kubuqi, untuk membangun "Tembok Besar Fotovoltaik" sepanjang 400 kilometer dan lebar rata-rata 5 kilometer. Total kapasitas terpasang mencapai 100 juta kilowatt. Di saat yang sama, sejumlah tanaman bernilai ekonomis yang tahan angin dan dapat berfungsi sebagai penahan pasir ditanam di bawah panel fotovoltaik, seperti Sophora japonica, Scutellaria baicalensis, dan Astragalus membranaceus. Langkah ini dapat secara efektif menahan laju desertifikasi, tercatat area seluas 2000 km persegi telah mewujudkan integrasi fotovoltaik dengan penanggulangan desertifikasi. Selain itu, wisata gurun pasir juga terus dikembangkan di tempat ini, yang akhirnya menciptakan banyak lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani dan peternak lokal.
Sejumlah daerah di Tiongkok, mulai dari Shanxi dan Qinghai hingga Mongolia Dalam, Hubei, dan Zhejiang, semuanya tengah mengembangkan proyek "fotovoltaik +" yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Masing-masing daerah mencari model pembangunan yang terpadu antara energi bersih, revitalisasi pedesaan, dan perlindungan ekologi. Proyek-proyek ini tidak hanya mendorong pembangunan skala besar dan pemanfaatan energi bersih secara efisien, namun juga menyediakan sumber energi baru untuk revitalisasi pedesaan dan perlindungan ekologi.
Keberhasilan penerapan model "Fotovoltaik +"tidak hanya memberikan landasan yang kokoh bagi Tiongkok untuk mencapai pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan, namun juga memberikan referensi yang berguna bagi negara lain dalam pengembangan energi ramah lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI