Pada tanggal 10 Februari 2024, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia merayakan Tahun Baru Imlek. Selama Imlekberbagai kegiatan akan diadakan di seluruh negeri Tiongkok, sehingga warga dapat menikmati kemeriahan festival tradisional bangsa Tionghoa yang sudah bersejarah lebih dari 4.000 tahun ini.Â
Tahun ini, Temple fair yang diadakan di Temple of Earth atau Kuil Bumi mewarnai perayaan Imlek tahun 2024 di Beijing.Â
Temple Fair adalah kegiatan tradisional rakyat Tiongkok dan juga merupakan acara rutin Tahun Baru Imlek di Beijing sejak zaman lalu. Memasuki festival kuil, kita bisa melihat sejumlah dekorasi Imlek menghiasi taman tersebut.Â
Selain itu, ada berbagai macam gerai yang menjual aneka jajanan, seperti sate, kue kacang, dan lain sebagainya. Para pengunjung berpindah dari satu gerai ke gerai lain, menikmati aneka produk yang dijajakan dan merasakan nuansa Tahun Baru Imlek yang meriah.
Selain itu, berbagai atraksi tradisional seperti tarian Naga, atraksi mengubah wajah "Bian Lian" juga meramaikan Temple Fair tahun ini.
Hari Raya Imlek bukan hanya hari raya bagi masyarakat Tionghoa, tetapi juga festival bagi masyarakat di seluruh dunia.Â
Pada tanggal 22 Desember 2023, Majelis Umum PBB ke-78 dengan suara bulat meluluskan resolusi yang menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur PBB.Â
Sebagai festival tradisional Tiongkok, Hari Raya Imlek tidak hanya merupakan hari berkumpulnya keluarga, tetapi juga mewarisi konsep-konsep peradaban Tiongkok seperti perdamaian dan keharmonisan, serta mengusung kesamaan. nilai-nilai seluruh umat manusia seperti keharmonisan keluarga, toleransi sosial, dan hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dan alam. .
Di Indonesia, Hari Raya Imlek telah ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak tahun 2003. Meski hanya Libur satu hari, namun perusahaan yang karyawannya mayoritas orang Tionghoa akan memberikan libur tambahan selama beberapa hari. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah Tionghoa perantauan terbanyak di dunia.Â
Setiap tahun menjelang Tahun Baru Imlek, warga Tionghoa Indonesia pun mulai bersibuk dan merayakan tahun baru dengan penuh suka cita.
Banyak keluarga Tionghoa Indonesia yang masih mempertahankan adat istiadat Tahun Baru Imlek, tidak terkecuali keluarga saya.Â
Menjelang Imlek, seluruh anggota keluarga akan bersih-bersih rumah, menggantung karakter "Fu" yang artinya Hoki, dan menghiasi rumah dengan bunga dan lentera.Â
Di hari pertama tahun baru Imlek, kami akan berkunjung ke rumah saudara yang dituakan, serta membawa bingkisan Tahun Baru Imlek.Â
Para sesepuh dan orang dewasa yang sudah menikah akan memberikan angpao kepada anak-anak. Semua orang saling mengucapkan doa, agar diberkahi kesehatan dan rezeki di tahun mendatang.Â
Pada Malam Tahun Baru, kami sekeluarga akan berkumpul dan menikmati makan malam Tahun Baru Imlek yang disebut "Nian Ye Fan". Berbicara tentang makanan khas Imlek, tentunya tidak terlepas dari Kue Ranjang.Â
Kue Ranjang tidak hanya menjadi kue Tahun Baru yang wajib ada bagi masyarakat Tionghoa di Tahun Baru, tetapi juga sangat digandrungi oleh masyarakat non-Tionghoa di Indonesia.Â
Saya ingat ketika saya masih kecil, setiap tahun baru Imlek, orang tua saya akan membeli begitu banyak kue ranjang untuk dibagikan kepada teman-teman non-Tionghoa, sehingga semuanya bisa turut merasakan kebahagiaan Tahun Baru Imlek.
Yang menarik adalah, perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia telah dipadukan dengan budaya lokal Indonesia sehingga membentuk "Tahun Baru Imlek" yang berciri khas Indonesia.Â
Misalnya saja di Indonesia, Tahun Baru Imlek tidak hanya dirayakan masyarakat Tionghoa, namun lambat laun berkembang menjadi sebuah festival yang diikuti seluruh masyarakat. Hal ini mencerminkan keberagaman dan inklusivitas budaya Indonesia.Â
Setiap tahunnya, masyarakat Tionghoa di beberapa tempat mengadakan kegiatan tradisional untuk merayakan Imlek seperti parade, tarian naga dan barongsai, dan banyak dari pemain barongsai yang merupakan warga non Tionghoa Indonesia.Â
Dengan kemajuan globalisasi, Tahun Baru Imlek telah menjadi jendela penting bagi orang-orang di seluruh dunia untuk memahami budaya Tiongkok.Â
Semoga ke depannya, perpaduan budaya yang didasari oleh prinsip saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain, akan terus menjadi identitas bangsa Indonesia yang terikat dalam "Bhinneka Tunggal Ika".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H