Warga Tiongkok mulai sibuk mempersiapkan diri menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2024 yang akan jatuh pada 10 Februari 2024.
Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah pusat perbelanjaan di Beijing, ibukota Tiongkok pun mulai dipadati pengunjung yang membeli berbagai barang kebutuhan Tahun Baru Imlek.Â
Setiap harinya, tak kurang dari 20 ribu pengunjung memadati Bazaar Imlek Beijing yang berlangsung di National Agricultural Exhibition Center sejak 13 Januari lalu.Â
Saya berkesempatan mengunjungi Bazaar Imlek Beijing belum lama yang lalu, ratusan gerai yang menjajakan aneka produk dari segala penjuru Tiongkok berkumpul di dalam venue seluas 20 ribu meter persegi.
Mengelilingi area bazaar tersebut, saya seakan-akan dibawa berkeliling Tiongkok, sembari mencicipi aneka tester makanan yang disediakan oleh tiap gerai. Mulai dari jajanan khas Beijing, kuaci Xinjiang, daging asap Yunnan, Bakpao "Goubuli" khas Tianjin hingga aneka produk pertanian dan hasil laut, tak lupa juga berbagai pernak-pernik Imlek yang serba merah, semuanya dapat dibeli di sini.Â
Antusias pengunjung sangat jelas terlihat, semuanya menjinjing sejumlah kantongan yang berisi barang-barang untuk menyambut Imlek. Keadaan ini sangat berbeda dengan pemberitaan gencar media Barat dan prediksi pakar dari negara Barat, yang memproyeksikan keruntuhan ekonomi Tiongkok dalam waktu dekat.
Ramainya aktivitas ekonomi dan tingginya daya beli masyarakat Tiongkok merupakan sanggahan paling nyata dan tegas terhadap teori tidak berdasar negara Barat.
Sebaliknya, hal ini merupakan salah satu contoh indikasi positif dalam pemulihan ekonomi negara tersebut.
Keadaan di lapangan telah menjadi refleksi nyata dari data resmi yang diumumkan oleh Biro Statistik Nasional Tiongkok pada 17 Januari lalu, yakni Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok membukukan pertumbuhan 5,2 persen secara tahunan pada 2023, lebih tinggi dari target tahunan sekitar 5 persen.
Kontribusi Tiongkok terhadap pertumbuhan PDB global bahkan mencapai lebih dari 30 persen pada tahun 2023. Tiongkok secara resmi menjadi mesin pertumbuhan terkuat di dunia, mengungguli negara-negara besar lainnya.
Yang patut diperhatikan adalah konsumsi dalam negeri telah menjadi pendorong pertumbuhan yang signifikan dengan kontribusi sebesar 82,5 persen terhadap pertumbuhan PDB Tiongkok, dengan penjualan ritel barang konsumsi meningkat 7,2 persen menjadi lebih dari 47,15 triliun yuan.
Tingginya konsumsi dalam negeri secara langsung memberikan sinyal pemulihan ekonomi Tiongkok pasca pandemi, juga menunjukkan keyakinan dan kepercayaan diri konsumen bahwa perekonomian Tiongkok mampu melewati masa-masa sulit.
Di samping itu, indeks harga konsumen Tiongkok mencatat kenaikan sebesar 0,2%, menciptakan kontras yang signifikan dengan tingginya tingkat inflasi yang tengah melanda beberapa negara di dunia.
Peningkatan indeks harga konsumen Tiongkok dapat dianggap sebagai sinyal positif, mengingat kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Meskipun beberapa negara menghadapi tekanan inflasi yang tinggi, Tiongkok mampu menjaga stabilitas harga konsumen, mencerminkan keberhasilan negara tersebut dalam mengelola kebijakan ekonomi dan respons terhadap pandemi.
Dengan pencapaian ini, China diperkirakan akan terus memainkan peran sentral dalam mendukung pertumbuhan ekonomi global. Perkembangan ekonomi China pada tahun lalu menciptakan optimisme terkait dengan potensi pemulihan ekonomi global secara lebih luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H