Mohon tunggu...
Rudy Bastam
Rudy Bastam Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis untuk mengingat

Alumnus HI Unair Ex Kuli Tinta Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Easter, Passover, atau Resurrection: Identifikasi Paskah dan Telur Supaya Tidak Degradasi Makna

4 April 2021   21:49 Diperbarui: 4 April 2021   21:54 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selamat Paskah ya! Telurnya mana" , "Bagi telur dong! Lu kan Paskahan!". Begitulah kata teman-teman yang non-kristen dalam berinteraksi dengan saya di hari Paskah. Terima kasih untuk hal itu. Agaknya memang momen Paskah tidak seseksi saat Natal. Bayangkan! Setiap memasuki bulan Desember suka tidak suka atau mau tidak mau masayarakat kita terbelah garis tipis antara yang pro dan kontra pengucapan selamat natal. Namun lupakan dulu soal itu. Mari kembali ke masalah telur.

Setiap momen Paskah selalu diidentifikasi dengan telur dan kelinci. Ucapan dalam bentuk foto dan video selalu menyertakan telur sebagai ornamen pemanis. Bahkan di kalangan Kristen sendiri pun demikian. Saya masih ingat saat masa kecil dalam kebaktian Paskah anak selalu disertai dengan permainan mencari telur di halaman gereja. Lantas apa hubungan Paskah dengan telur?

Untuk membahas itu, pertama kita harus membedah sejarah perayaan Paskah itu sendiri. Sejarah mencatat, bangsa Yahudi (Israel) pada masa lalu mengalami perbudakan di bawah pemerintahan Firaun di Mesir. Jutaan jiwa bangsa Yahudi di Mesir diperbudak di tanah Sungai Nil. Layaknya budak mereka tidak miliki hak apapun. Hingga akhirnya TUHAN membebaskan mereka melalui perantaraan Musa (Kitab Keluaran 6: 2-27).

Alkitab dalam Kitab Keluaran mencatat bahwa TUHAN menurunkan 10 tulah kepada bangsa Mesir. Pada tulah ke-10 yang merupakan tulah penghabisan, TUHAN menghadirkan hukuman kematian atas anak sulung laki-laki pada setiap keluarga di Mesir. Namun hal itu tidak terjadi atas anak sulung laki-laki bangsa Yahudi. Sebab TUHAN memerintahkan setiap rumah-rumah keluarga Yahudi untuk menerakan darah anak domba pertama yang tidak bercacat di pintu-pintu rumah mereka, supaya malaikat maut tidak menghampiri anak-anak sulung mereka (Kitab Keluaran 12). Peristiwa "pelewatan" atau dalam Bahasa Ibrani disebut "Pesakh" atau Passover (Bahasa Inggris).

Pesakh dalam Perjanjian Baru

Dalam hari raya Pesakh, bangsa Yahudi merayakan pembebasan dari perbudakan bangsa Mesir dengan memakan roti tidak beragi. Oleh karena itu hari raya ini disebut juga dengan Hari Raya Roti Tidak Beragi. Tradisi ini dilakukan turun temurun hingga pada zaman Yesus. Alkitab mencatat pada Injil Matius 26: 17-29), Yesus melakukan tradisi makan Paskah bersama murid-muridnya, hanya beberapa jam sebelum Yesus ditangkap oleh orang Farisi yang bersekongkol dengan tentara Romawi.

Di malam sebelum Yesus ditangkap, Dia bersama murid-muridNya mengadakan makan Paskah. Roti tidak beragi dan anggur. Namun alih-alih merayakan peringatan keluarnyabangsa Yahudi dari perbudakan Mesir, Yesus mengubah makna makan Paskah menjadi peringatan akan diriNya yang akan mati di kayu salib dalam agenda penebusan umat manusia (Markus 14: 22-25). Dengan demikian, makna Paskah kini beralih menjadi sekedar hari raya pembebasan bangsa Yahudi menjadi peringatan akan kematian dan kebangkitan Yesus yang diyakini oleh umat Kristen (juga Katolik) hingga saat ini.

Tradisi telur dan kelinci dalam Paskah

Dalam hal telur dan kaitannya dengan Paskah, hingga tulisan ini dimuat, tidak ditemukan kaitan langsung yang Alkitabiah mengenai telur. Sumber tentang tradisi telur dan kelinci dalam perayaan Paskah berakar dari bangsa Babilonia. Bangsa Babel (demikian disebut dalam Alkitab) adalah bangsa keturunan Nimrod yang menyembah Baal. Nimrod dikisahkan mengawini ibunya sendiri, Semiramis atau yang disebut juga Ishtar. Singkatnya, Nimrod yang mati karena perang, disebut oleh Ishtar (Semiramis) bahwa Nimrod menjelma menjadi telur dan kemudian menjadi Dewa Baal. Tradisi pagan Babilonia kemudian menyembah Ishtar sebagai dewi Kesuburan. Tentu saja hal itu diragukan karena sama sekali tidak Alkitabiah.

Berabad kemudian, Kekristenan kemudian berkembang ke Eropa Penanggalan Paskah yang beriringan dengan awal musim semi. Kekristenan masuk berkelindan dengan budaya pagan setempat. Di sinilah kemudian telur dan kelinci menjadi identik dengan Paskah. Asumsi bahwa telur sebagai simbol kehidupan dan munculnya kelinci sebagai pertanda awal musim semi kemudian dikaitkan dengan makna Pesakh/Passover/Ressurection Day yang bergeser menjadi Easter Day bersamaan dengan telur dan kelinci. Layaknya Natal yang diidentifikasi dengan pohon cemara dan rusa.

Beberapa pandangan gereja dalam hal ini juga mengklaim bahwa "Easter Day" berakar dari Bahasa Jermanik Kuno "Oester" yang memiliki arti "To Rise" (Bahasa: Bangkit) atau "Dari Timur" . Dimaknai sebagai kebangkitan Sang Terang dari Timur dari kegelapan malam.

Jadi Easter, Passover, atau Resurrection Day?

pixabay.com
pixabay.com

Penggunaan istilah yang tepat oleh orang yang tepat dan kepada orang yang tepat tentu saja tidak akan menimbulkan mis-persepsi. Kesalahan istiliah yang diteruskan turun temurun ini dikuatirkan menjadi dapat mengurangi makna yang sudah dibangun dan diyakini di kalangan penganut Kristen.

Dua kata dalam bahasa Inggris yaitu Easter dan Passover sama-sama diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Paskah. Hal ini yang menurut saya adalah sebuah kelemahan bahasa Indonesia. Sehingga makna Easter dan Passover yang sebenarnya berbeda menjadi sumir.

Penggunaan istilah Easter kini menurut saya silakan saja digunakan asalkan dengan makna melekat bahwa Easter bukanlah Ishtar, dewi Babilonia melainkan adaptasi kata dari Bahasa Jermanik Kuno "Oester" yang memiliki arti bangkit. Tentu saja dalam beberapa kesempatan ada baiknya penganut Kristen sendiri menggunakan kata Passover atau Resurrection Day dalam menyampaikan pesan Paskah. Atau jika tidak mau repot ucapkan saja "Selamat Paskah" sesuai kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Sambil mencari makna dan pengertian Paskah yang sebenar-benarnya. 

Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab jangan sampai umat Kristen keseringan menggunakan kata "Happy Easter" hingga pemaknaan Paskah hanya sebatas telur dan kelinci tanpa memahami makna Paskah dalam Perjanjian Baru adalah makna Paskah yang terbarukan. Bukan Paskah hari keluarnya bangsa Yahudi. Bukan pula Paskah "Easter" Ishtar Babilonia. Tapi Paskah yang dipahami sebagai karya penebusan Kristus melalui kematian dan kebangkitanNya. 

Saya pribadi lebih suka mengucapkan "Selamat Hari Kebangkitan" atau "Happy Resurrection Day" yang jelas-jelas memiliki makna melekat sebagai kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Kebangkitan yang memerdekakan manusia dari perbudakan dosa dan lahir baru.

Teman saya kemudian bertanya lagi "Kenapa Paskah selalu digambarkan dengan telur?". "Iya karena telur adalah simbol Kehidupan Baru", jawab saya singkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun