"Selamat Paskah ya! Telurnya mana" , "Bagi telur dong! Lu kan Paskahan!". Begitulah kata teman-teman yang non-kristen dalam berinteraksi dengan saya di hari Paskah. Terima kasih untuk hal itu. Agaknya memang momen Paskah tidak seseksi saat Natal. Bayangkan! Setiap memasuki bulan Desember suka tidak suka atau mau tidak mau masayarakat kita terbelah garis tipis antara yang pro dan kontra pengucapan selamat natal. Namun lupakan dulu soal itu. Mari kembali ke masalah telur.
Setiap momen Paskah selalu diidentifikasi dengan telur dan kelinci. Ucapan dalam bentuk foto dan video selalu menyertakan telur sebagai ornamen pemanis. Bahkan di kalangan Kristen sendiri pun demikian. Saya masih ingat saat masa kecil dalam kebaktian Paskah anak selalu disertai dengan permainan mencari telur di halaman gereja. Lantas apa hubungan Paskah dengan telur?
Untuk membahas itu, pertama kita harus membedah sejarah perayaan Paskah itu sendiri. Sejarah mencatat, bangsa Yahudi (Israel) pada masa lalu mengalami perbudakan di bawah pemerintahan Firaun di Mesir. Jutaan jiwa bangsa Yahudi di Mesir diperbudak di tanah Sungai Nil. Layaknya budak mereka tidak miliki hak apapun. Hingga akhirnya TUHAN membebaskan mereka melalui perantaraan Musa (Kitab Keluaran 6: 2-27).
Alkitab dalam Kitab Keluaran mencatat bahwa TUHAN menurunkan 10 tulah kepada bangsa Mesir. Pada tulah ke-10 yang merupakan tulah penghabisan, TUHAN menghadirkan hukuman kematian atas anak sulung laki-laki pada setiap keluarga di Mesir. Namun hal itu tidak terjadi atas anak sulung laki-laki bangsa Yahudi. Sebab TUHAN memerintahkan setiap rumah-rumah keluarga Yahudi untuk menerakan darah anak domba pertama yang tidak bercacat di pintu-pintu rumah mereka, supaya malaikat maut tidak menghampiri anak-anak sulung mereka (Kitab Keluaran 12). Peristiwa "pelewatan" atau dalam Bahasa Ibrani disebut "Pesakh" atau Passover (Bahasa Inggris).
Pesakh dalam Perjanjian Baru
Dalam hari raya Pesakh, bangsa Yahudi merayakan pembebasan dari perbudakan bangsa Mesir dengan memakan roti tidak beragi. Oleh karena itu hari raya ini disebut juga dengan Hari Raya Roti Tidak Beragi. Tradisi ini dilakukan turun temurun hingga pada zaman Yesus. Alkitab mencatat pada Injil Matius 26: 17-29), Yesus melakukan tradisi makan Paskah bersama murid-muridnya, hanya beberapa jam sebelum Yesus ditangkap oleh orang Farisi yang bersekongkol dengan tentara Romawi.
Di malam sebelum Yesus ditangkap, Dia bersama murid-muridNya mengadakan makan Paskah. Roti tidak beragi dan anggur. Namun alih-alih merayakan peringatan keluarnyabangsa Yahudi dari perbudakan Mesir, Yesus mengubah makna makan Paskah menjadi peringatan akan diriNya yang akan mati di kayu salib dalam agenda penebusan umat manusia (Markus 14: 22-25). Dengan demikian, makna Paskah kini beralih menjadi sekedar hari raya pembebasan bangsa Yahudi menjadi peringatan akan kematian dan kebangkitan Yesus yang diyakini oleh umat Kristen (juga Katolik) hingga saat ini.
Tradisi telur dan kelinci dalam Paskah
Dalam hal telur dan kaitannya dengan Paskah, hingga tulisan ini dimuat, tidak ditemukan kaitan langsung yang Alkitabiah mengenai telur. Sumber tentang tradisi telur dan kelinci dalam perayaan Paskah berakar dari bangsa Babilonia. Bangsa Babel (demikian disebut dalam Alkitab) adalah bangsa keturunan Nimrod yang menyembah Baal. Nimrod dikisahkan mengawini ibunya sendiri, Semiramis atau yang disebut juga Ishtar. Singkatnya, Nimrod yang mati karena perang, disebut oleh Ishtar (Semiramis) bahwa Nimrod menjelma menjadi telur dan kemudian menjadi Dewa Baal. Tradisi pagan Babilonia kemudian menyembah Ishtar sebagai dewi Kesuburan. Tentu saja hal itu diragukan karena sama sekali tidak Alkitabiah.
Berabad kemudian, Kekristenan kemudian berkembang ke Eropa Penanggalan Paskah yang beriringan dengan awal musim semi. Kekristenan masuk berkelindan dengan budaya pagan setempat. Di sinilah kemudian telur dan kelinci menjadi identik dengan Paskah. Asumsi bahwa telur sebagai simbol kehidupan dan munculnya kelinci sebagai pertanda awal musim semi kemudian dikaitkan dengan makna Pesakh/Passover/Ressurection Day yang bergeser menjadi Easter Day bersamaan dengan telur dan kelinci. Layaknya Natal yang diidentifikasi dengan pohon cemara dan rusa.
Beberapa pandangan gereja dalam hal ini juga mengklaim bahwa "Easter Day" berakar dari Bahasa Jermanik Kuno "Oester" yang memiliki arti "To Rise" (Bahasa: Bangkit) atau "Dari Timur" . Dimaknai sebagai kebangkitan Sang Terang dari Timur dari kegelapan malam.
Jadi Easter, Passover, atau Resurrection Day?